HAKIKAT STRATEGI PEMBELAJARAN
A. Pengertian Strategi Pembelajaran
Kompetensi Supervisi Akademik merupakan salah satu
kompetensi yang harus dimiliki oleh para pengawas satuan pendidikan. Kompetensi
ini berke-naan dengan kemampuan pengawas dalam rangka pembinaan dan
pengem-bangan kemampuan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan
bim-bingan di sekolah/satuan pendidikan. Secara spesifik pengawas satuan
pendi-dikan harus memiliki kemampuan untuk membantu guru dalam mengembang-kan
strategi pembelajaran, serta dapat memilih strategi yang tepat dalam ke-giatan
pembelajaran.
Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan
dan keberha-silan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat
diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to
achieves a particular educational goal (J. R. David, 1976). Strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pe-manfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam
pembelajaran yang di-susun untuk mencapai tujuan tertenu. Dalam hal ini adalah
tujuan pembela-jaran.
Pada mulanya istilah strategi banyak digunakan dalam
dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer
untuk memenang-kan suatu peperangan. Sekarang, istilah strategi banyak
digunakan dalam ber-bagai bidang kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan
atau keberha-silan dalam mencapai tujuan. Misalnya seorang manajer atau
pimpinan peru-sahaan yang menginginkan keuntungan dan kesuksesan yang besar
akan me-nerapkan suatu strategi dalam mencapai tujuannya itu, seorang pelatih
akan tim basket akan menentukan strategi yang dianggap tepat untuk dapat
meme-nangkan suatu pertandingan. Begitu juga seorang guru yang mengharapkan
hasil baik dalam proses pembelajaran juga akan menerapkan suatu strategi agar
hasil belajar siswanya mendapat prestasi yang terbaik.
Strategi pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang harus
3
dikerjakan
guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efek-tif dan
efisien. Kemp (1995). Dilain pihak Dick & Carey (1985) menyatakan bahwa
strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembela-jaran yang
digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu di
perhatikan oleh se-orang instruktur, guru, widyaiswara dalam proses
pembelajaran. Paling tidak ada 3 jenis strategi yang berkaitan dengan
pembelajaran, yakni: (a) strategi pengorganisasian pembelajaran, (b) strategi
penyampaian pembelajaran, dan
(c) strategi
pengelolaan pembelajaran.
1. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran
Reigeluth, Bunderson dan Meril (1977) menyatakan
strategi mengorga-nisasi isi pelajaran disebut sebagai struktural strategi,
yang mengacu pada ca-ra untuk membuat urutan dan mensintesis fakta, konsep,
prosedur dan prinsip yang berkaitan.
Strategi pengorganisasian, lebih lanjut dibedakan
menjadi dua jenis, ya-itu strategi mikro dan strategi makro. Startegi mikro
mengacu kepada metode untuk pengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar
pada satu konsep, atau prosedur atau prinsip. Strategi makro mengacu kepada
metode untuk mengor-ganisasi isi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu
konsep atau prose-dur atau prinsip.
Strategi makro berurusan dengan bagaimana memilih,
menata urusan, membuat sintesis dan rangkuman isi pembelajaran yang saling
berkaitan. Pe-milihan isi berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,
mengacu pa-da penentapan konsep apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu.
Pena-taan urutan isi mengacu pada keputusan untuk menata dengan urutan tertentu
konsep yang akan diajarkan. Pembuatan sintesis diantara konsep prosedur atau
prinsip. Pembauatn rangkuman mengacu kepada keputusan tentang ba-gaimana cara melakukan
tinjauan ulang konsepnserta kaitan yang sudah dia-jarkan.
2. Strategi Penyampaian Pembelajaran.
Strategi penyampaian isi
pembelajaran merupkan komponen variabel
4
metode
untuk melaksanakan proses pembelajaran. Fungsi strategi penyam-paian
pembelajaran adalah: (1) menyampaikan isi pembelajaran kepada pebe-lajar, dan
(2) menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan pe-belajar untuk
menampilkan unjuk kerja.
3. Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen
variabel me-tode yang berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara
pebelajar de-ngan variabel metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan
dengan pe-ngambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi
penyam-paian mana yang digunakan selama proses pembelajaran. Paling tidak, ada
3 (tiga) klasifikasi penting variabel strategi pengelolaan, yaitu penjadwalan,
pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, dan motivasi.
B. Beberapa Istilah dalam Strategi Pembelajaran
Beberapa istilah yang
hampir sama dengan strategi yaitu metode, pen-dekatan, teknik atau taktik dalam
pembelajaran.
1. Metode
Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana
yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai
secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah
ditetapkan. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai se-suatu,
sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksa-nakan strategi.
Dengan demikian suatu strategi dapat dilaksanakan dengan berbagai metode.
2. Pendekatan (Approach)
Pendekatan (approach) merupakan titik tolak
atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Strategi dan metode
pembelajaran yang digu-nakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan
tertentu. Roy Killen (1998) misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran,
yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches)
dan pen-dekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approaches).
Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct
5
instruction),
pembelajaran
deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedang-kan, pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan
inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.
3. Teknik
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam
rangka mengimple-mentasikan suatu metode. Misalnya, cara yang harus dilakukan
agar metode ceramah berjalan efektif dan efisien. Dengan demikian, sebelum
seseorang melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi.
Misalnya, berceramah pada siang hari setelah makan siang dengan jumlah siswa
yang banyak tentu saja akan berbeda jika ceramah itu dilakukan pada pagi hari
dengan jumlah siswa yang terbatas.
4. Taktik
Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan
suatu teknik atau metode tertentu. Taktik sifatnya lebih individual, walaupun
dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah dalam situasi dan kondisi yang
sama, sudah pasti mereka akan melakukannya secara berbeda, misalnya dalam
tak-tik menggunakan ilustrasi atau menggunakan gaya bahasa agar materi yang
disampaikan mudah dipahami.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
suatu strategi pembela-jaran yang diterapkan guru akan tergantung pada
pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat
ditetapkan berbagai me-tode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode
pembelajaran guru da-pat menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan
metode, dan peng-gunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin
berbeda antara guru yang satu dengan yang lain.
C. Konsep Dasar
Strategi Pembelajaran
Konsep dasar strategi belajar mengajar ini meliputi
hal-hal: (1) menetap-kan spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku pebelajar;
(2) menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar
mengajar, memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar; dan (3) norma
dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Strategi dapat diartikan
seba-
6
gai suatu garis-garis besar haluan untuk
bertindak dalam rangka mencapai sa-saran yang telah ditentukan. Dikaitkan
dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum
kegiatan guru, murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Me-nurut Newman dan Mogan strategi dasar setiap
usaha meliputi empat masa-lah masing-masing adalah sebagai berikut.
1.
Pengidentifikasian dan penetapan
spesifiakasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha
tersebut dengan mempertimbang-kan aspirasi masyarakat yang memerlukannya.
2.
Pertimbangan dan pemilihan pendekatan
utama yang ampuh untuk men-capai sasaran.
3.
Pertimbangan dan penetapan
langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai akhir.
4.
Pertimbangan dan penetapan tolok ukur
dan ukuran baku yang akan digu-nakan untuk menilai keberhasilan usaha yang
dilakukan.
Kalau diterapkan dalam
konteks pembelajaran, keempat strategi dasar tersebut bisa diterjemahkan
menjadi: (1) mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
perubahan tingkah laku kepribadian peserta didik yang diharapkan; (2) memilih
sistem pendekatan belajar mengajar berdasar-kan aspirasi dan pandangan hidup
masyarakat; (3) memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar
mengajar yang dianggap paling tepat, efektif, sehingga dapat dijadikan pegangan
oleh para guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya; dan (4) menetapkan
norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria dan standar
keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan
evaluasi hasil kegiatan belajar menga-jar yang selanjutnya akan dijadikan umpan
balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara
keseluruhan.
Dari uraian di atas
tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sa-ngat penting yang dapat dan
harus dijadikan pedoman dalam pelaksanaan ke-giatan belajar mengajar supaya
sesuai dengan yang diharapkan.
Pertama, spesifikasi
dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang diingin-kan sebagai hasil belajar
mengajar yang dilakukan. Dengan kata lain apa yang harus dijadikan sasaran dari
kegiatan belajar mengajar tersebut. Sasaran ini harus dirumuskan secara jelas
dan konkrit sehingga mudah dipahami oleh pe-
7
serta
didik. Perubahan perilaku dan kepribadian yang kita inginkan terjadi se-telah
siswa mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar itu harus jelas, misal-nya dari
tidak bisa membaca berubah menjadi dapat membaca. Suatu kegiat-an belajar
mengajar tanpa sasaran yang jelas, berarti kegiatan tersebut dilaku-kan tanpa
arah atau tujuan yang pasti. Lebih jauh suatu usaha atau kegiatan yang tidak
punya arah atau tujuan pasti, dapat menyebabkan terjadinya
penyim-pangan-penyimpangan dan tidak tercapainya hasil yang diharapkan.
Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar yang
dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara kita
memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang kita gunakan
dalam memecahkan suatu kasus akan mempengaruhi hasilnya. Suatu masalah yang
dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan berbeda, akan menghasilkan
ke-simpulan-kesimpulan yang tidak sama. Norma-norma sosial seperti baik,
be-nar, adil, dan sebagainya akan melahirkan kesimpulan yang berbeda bahkan
mungkin bertentangan kalau dalam cara pendekatannya menggunakan berba-gai
disiplin ilmu. Pengertian-pengertian, konsep, dan teori ekonomi tentang baik,
benar, atau adil, tidak sama dengan baik, benar atau adil menurut penger-tian
konsep dan teori antropologi. Juga akan tidak sama apa yang dikatakan baik,
benar atau adil kalau kita menggunakan pendekatan agama karena pe-ngertian,
konsep, dan teori agama mengenai baik, benar atau adil itu jelas ber-beda
dengan konsep ekonomi maupun antropologi. Begitu juga halnya dengan cara
pendekatan terhadap kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran.
Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan
teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau
teknik penyaji-an untuk memotivasi siswa agar mampu menerapkan pengetahuan dan
penga-lamannya untuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau supaya
mu-rid-murid terdorong dan mampu berfikir bebas dan cukup keberanian untuk
mengemukakan pendapatnya sendiri. Perlu dipahami bahwa suatu metode mungkin
hanya cocok dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi dengan sasaran yang
berbeda hendaknya jangan menggunakan teknik penyajian yang sama.
Keempat, menetapkan norma-norma atau kriteria
keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk
menilai sam-pai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya.
Suatu pro-
8
gram
baru bisa diketahui keberhasilannya setelah dilakukan evaluasi. Sistem
penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang
tidak bisa dipisahkan dengan strategi dasar lain. Apa yang harus dinilai dan
bagaimana penilaian itu harus dilakukan termasuk kemampuan yang harus dimiliki
oleh guru. Seorang siswa dapat dikategorikan sebagai murid yang berhasil bisa
dilihat dari berbagai segi. Bisa dilihat dari segi kerajinannya mengikuti tatap
muka dengan guru, perilaku sehari-hari di sekolah, hasil ulangan, hubungan
sosial, kepemimpinan, prestasi olah raga, keterampilan dan sebagainya atau
dilihat dan berbagai aspek.
Keempat dasar strategi tersebut merupakan satu
kesatuan yang utuh an-tara dasar yang satu dengan dasar yang lain saling menopang
dan tidak bisa dipisahkan.
D. Sasaran
Kegiatan Belajar Mengajar
Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran
atau tujuan. Tuju-an itu bertahap dan berjenjang, mulai dari yang sangat
operasional dan konkret yakni tujuan pembelajaran khusus, tujuan pembelajaran
umum, tujuan kuri-kuler, tujuan nasional, sampai pada tujuan yang bersifat
universal. Persepsi guru atau persepsi anak didik mengenai sasaran akhir
kegiatan belajar menga-jar akan mempengaruhi persepsi mereka terhadap sasaran
antara serta sasaran kegiatan. Sasaran itu harus diterjemahkan ke dalam
ciri-ciri perilaku kepriba-dian yang didambakan.
Belajar mengajar sebagai suatu sistem instruksional
mengacu kepada pengertian sebagai seperangkat komponen yang saling bergantung
satu sama lain untuk mencapai tujuan. Sebagai suatu sistem belajar mengajar
meliputi sejumlah komponen antara lain tujuan pelajaran, bahan ajar, siswa yang
me-nerima pelayanan belajar, guru, metode dan pendekatan, situasi, dan evaluasi
kemajuan belajar. Agar tujuan itu dapat tercapai, semua komponen yang ada harus
diorganisasikan dengan baik sehingga sesama komponen itu terjadi ker-jasama.
Secara khusus dalam proses belajar mengajar guru
berperan sebagai pe-ngajar, pembimbing, perantara sekolah dengan masyarakat,
administrator dan lain-lain. Untuk itu wajar bila guru memahami dengan segenap
aspek pribadi anak didik seperti: (1) kecerdasan dan bakat khusus, (2) prestasi
sejak permu-
9
laan sekolah, (3) perkembangan jasmani
dan kesehatan, (4) kecenderungan emosi dan karakternya, (5) sikap dan minat
belajar, (6) cita-cita, (7) kebiasa-an belajar dan bekerja, (8) hobi dan
penggunaan waktu senggang, (9) hubung-an sosial di sekolah dan di rumah, (10)
latar belakang keluarga, (11) lingkung-an tempat tinggal, dan (12) sifat-sifat
khusus dan kesulitan belajar anak didik. Usaha untuk memahami anak didik ini
bisa dilakukan melalui evaluasi, selain itu guru mempunyai keharusan melaporkan
perkembangan hasil belajar para siswa kepada kepala sekolah, orang tua, serta
instansi yang terkait.
E. Tahapan Instruksional
Secara umum ada tiga
pokok dalam strategi mengajar yakni tahap per-mulaan (prainstruksional), tahap
pengajaran (instruksional), dan tahap peni-laian dan tindak lanjut.
|
Tahapan Instruksional
|
|
|
||
1
|
2
|
3
|
|
||
Tahap
|
|
Tahap
|
|
|
|
|
|
Tahap Penilaian dan
|
|
||
|
|
|
|
|
|
Prainstruksional
|
|
Instruksional
|
|
Tindak
Lanjut
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ketiga tahapan ini
harus ditempuh pada setiap saat melaksanakan pe-ngajaran. Jika satu tahapan
tersebut ditinggalkan, maka sebenarnya tidak da-pat dikatakan telah terjadi
proses pengajaran.
1. Tahap Prainstruksional
Tahap prainstruksional
adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai proses belajar dan
mengajar. Beberapa kegiatan yang dapat dilaku-kan oleh guru atau oleh siswa
pada tahapan ini:
a.
Guru menanyakan kehadiran siswa dan
mencatat siapa yang tidak hadir. Kehadiran siswa dalam pengajaran, dapat
dijadikan salah satu tolok ukur kemampuan guru mengajar. Tidak selalu
ketidakhadiran siswa, disebab-kan kondisi siswa yang bersangkutan (sakit,
malas, bolos, dan lain-lain), tetapi bisa juga terjadi karena pengajaran dan
guru tidak menyenangkan, sikapnya tidak disukai oleh siswa, atau karena
tindakan guru pada waktu mengajar sebelumnya dianggap merugikan siswa
(penilaian tidak adil,
10
memberi hukuman yang menyebabkan
frustasi, rendah diri dan lain-lain).
b.
Bertanya kepada siswa, sampai dimana
pembahasan pelajaran sebelum-nya. Dengan demikian guru mengetahui ada tidaknya
kebiasaan belajar siswa di rumahnya sendiri, setidak-tidaknya kesiapan siswa
menghadapi pelajaran hari itu.
c.
Mengajukan pertanyaan kepada siswa di
kelas, atau siswa tertentu tentang bahan pelajaran yang sudah diberikan
sebelumnya. Hal ini dilakukan un-tuk mengetahui sampai di mana pemahaman materi
yang telah diberikan.
d.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya mengenai bahan pela-jaran yang belum dikuasainya dari pengajaran yang
telah dilaksanakan sebelumnya.
e.
Mengulang
kembali bahan pelajaran yang lalu (bahan
pelajaran sebelum-
nya) secara singkat tapi mencakup semua
bahan aspek yang telah dibahas sebelumnya. Hal ini dilakukan sebagai dasar bagi
pelajaran yang akan di-bahas hari berikutnya nanti, dan sebagai usaha dalam
menciptakan kondi-si belajar siswa.
Tujuan tahapan ini
adalah mengungkapkan kembali tanggapan siswa terhadap bahan yang telah
diterimanya, dan menumbuhkan kondisi belajar dalam hubungannya dengan pelajaran
hari itu. Tahap prainstruksional dalam strategi mengajar mirip dengan kegiatan
pemanasan dalam olah raga. Kegiat-an ini akan mempengaruhi keberhasilan siswa.
2. Tahap Instruksional
Tahap kedua adalah
tahap pengajaran atau tahap inti, yakni tahapan memberikan bahan pelajaran yang
telah disusun guru sebelumnya. Secara umum dapat diidentifikasi beberapa
kegiatan sebagai berikut.
a.
Menjelaskan
pada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa.
b.
Menuliskan pokok materi yang akan
dibahas hari itu yang diambil dari buku sumber yang telah disiapkan sebelumnya.
c.
Membahas pokok materi yang telah
dituliskan tadi. Dalam pembahasan materi itu dapat ditempuh dua cara yakni: (a)
pembahasan dimulai dari gambaran umum materi pengajaran menuju kepada topik
secara lebih khusus, (b) dimulai dari topik khusus menuju topik umum.
d.
Pada
setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-con-
11
toh konkret. Demikian pula siswa harus
diberikan pertanyaan atau tugas, untuk mengetahui tingkat pemahaman dari setiap
pokok materi yang telah dibahas.
e.
Penggunaan alat bantu pengajaran untuk
memperjelas pembahasan setiap pokok materi sangat diperlukan.
f.
Menyimpulkan hasil pembahasan dari pokok
materi. Kesimpulan ini di-buat oleh guru dan sebaiknya pokok-pokoknya ditulis
dipapan tulis untuk dicatat siswa. Kesimpulan dapat pula dibuat guru
bersama-sama siswa, bahkan kalau mungkin diserahkan sepenuhnya kepada siswa.
3. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tahap yang ketiga
adalah tahap evaluasi atau penilaian dan tindak lan-jut dalam kegiatan
pembelajaran. Tujuan tahapan ini ialah untuk mengetahui tingkat keberhasilan
dari tahapan kedua (instruksional).
Ketiga tahap yang telah
dibahas di atas, merupakan satu rangkaian ke-giatan yang terpadu, tidak
terpisahkan satu sama lain. Guru dituntut untuk mampu dan dapat mengatur waktu
dan kegiatan secara fleksibel, sehingga ketiga rangkaian tersebut diterima oleh
siswa secara utuh. Di sinilah letak ke-terampilan profesional dari seorang guru
dalam melaksanakan strategi menga-jar. Kemampuan mengajar seperti dilukiskan
dalam uraian di atas secara teo-retis mudah dikuasai, namun dalam praktiknya
tidak semudah seperti digam-barkan. Hanya dengan latihan dan kebiasaan yang
terencana, kemampuan itu dapat diperoleh.
12
BAB III
JENIS STRATEGI PEMBELAJARAN
Seperti telah dikemukakan di muka, metode adalah
cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nya-ta agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini
berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.
Dengan demi-kian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran
yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat
ter-gantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi
pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui peng-gunaan metode
pembelajaran.
Berikut ini disajikan
beberapa metode pembelajaran yang bisa diguna-kan untuk mengimpelementasikan
strategi pembelajaran.
A. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran
secara lisan. Metode ini senantiasa bagus bila pengunaannya betul-betul
disiapkan dengan baik, di-dukung alat dan media serta memperhatikan batas-batas
kemungkinan penggu-nannya.
Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini
sering digu-nakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan
oleh bebera-pa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari
guru atau pun siswa. Guru biasanya belum merasa puas manakala dalam proses penge-lolaan
pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan
belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah,
sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses bela-jar dan tidak ada
guru berarti tidak ada belajar. Metode ceramah merupakan cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran eks-positori.
1. Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah
Ada beberapa kelebihan
sebagai alasan mengapa ceramah sering digu-nakan.
13
a.
Ceramah
merupakan metode yang ’murah’ dan ’mudah’ untuk dilakukan.
Murah dalam arti proses ceramah tidak
memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda dengan metode yang lain
seperti demonstrasi atau peragaan. Sedangkan mudah, memang ceramah hanya
mengandalkan su-ara guru, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan
yang rumit.
b.
Ceramah dapat menyajikan materi
pelajaran yang luas. Artinya, materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau
dijelaskan pokok-pokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat.
c.
Ceramah dapat memberikan pokok-pokok
materi yang perlu ditonjolkan. Artinya, guru dapat mengatur pokok-pokok materi
yang mana yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin
dicapai.
d.
Melalui ceramah, guru dapat mengontrol
keadaan kelas, oleh karena se-penuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang
memberikan cera-mah.
e.
Organisasi kelas dengan menggunakan
ceramah dapat diatur menjadi le-bih sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting
kelas yang beragam, atau tidak memerlukan persiapan-persiapan yang rumit. Asal
siswa dapat menempati tempat duduk untuk mendengarkan guru, maka ceramah sudah
dapat dilakukan.
Di samping beberapa kelebihan di atas, ceramah juga
memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:
a.
Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai
hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru. Kelemahan ini
memang kelemahan yang pa-ling dominan, sebab apa yang diberikan guru adalah apa
yang dikuasai-nya, sehingga apa yang dikuasai siswa pun akan tergantung pada
apa yang dikuasai guru.
b.
Ceramah yang tidak disertai dengan
peragaan dapat mengakibatkan terja-dinya verbalisme.
c.
Guru yang kurang memiliki kemampuan
bertutur yang baik, ceramah se-ring dianggap sebagai metode yang membosankan.
Sering terjadi, walau pun secara fisik siswa ada di dalam kelas, namun secara
mental siswa sa-ma sekali tidak mengikuti jalannya proses pembelajaran;
pikirannya me-layang ke mana-mana, atau siswa mengantuk, oleh karena gaya
bertutur guru tidak menarik.
14
d.
Melalui ceramah, sangat sulit untuk
mengetahui apakah seluruh siswa su-dah mengerti apa yang dijelaskan atau belum.
Walaupun ketika siswa di-beri kesempatan untuk bertanya, dan tidak ada seorang
pun yang bertanya, semua itu tidak menjamin siswa seluruhnya sudah paham.
2. Langkah-langkah Menggunakan Metode
Ceramah
Ada tiga langkah pokok yang harus diperhatikan,
yakni persiapan, pe-laksanaan dan kesimpulan. Langkah-langkah tersebut
diantaranya adalah:
a.
Tahap Persiapan
Pada tahap ini yang harus
dilakukan adalah:
1)
Merumuskan
tujuan yang ingin dicapai.
2)
Menentukan
pokok-pokok materi yang akan diceramahkan.
3) Mempersiapkan
alat bantu. b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini ada tiga langkah
yang harus dilakukan:
1)
Langkah Pembukaan.
Langkah pembukaan dalam metode ceramah
merupakan langkah yang menentukan. Keberhasilan pelaksanaan ceramah sangat
ditentukan oleh langkah ini.
2)
Langkah Penyajian.
Tahap penyajian adalah tahap penyampaian
materi pembelajaran de-ngan cara bertutur. Agar ceramah berkualitas sebagai
metode pembe-lajaran, maka guru harus menjaga perhatian siswa agar tetap
terarah pada materi pembelajaran yang sedang disampaikan.
3)
Langkah Mengakhiri atau Menutup Ceramah.
Ceramah
harus ditutup dengan ringkasan pokok-pokok matar agar ma-teri pelajaran yang
sudah dipahami dan dikuasai siswa tidak terbang kembali. Ciptakanlah
kegiatan-kegiatan yang memungkinkan siswa
tetap mengingat materi
pembelajaran.
Perlu diperhatikan,
bahwa ceramah akan berhasil baik, bila didukung oleh metode-metode lainnya,
misalnya tanya jawab, tugas, latihan dan lain-lain. Metode ceramah itu wajar
dilakukan bila: (a) ingin mengajarkan topik baru, (b) tidak ada sumber bahan
pelajaran pada siswa, (c) menghadapi se-jumlah siswa yang cukup banyak.
15
B.
Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan
metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan
usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi
merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan
kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya
atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas
dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran
siswa hanya seka-dar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan
bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat
digunakan un-tuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan
inkuiri.
1.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi
Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi
memiliki beberapa ke-lebihan, di antaranya:
a.
Melalui metode demonstrasi terjadinya
verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memperhatikan
bahan pelajaran yang dije-laskan.
b.
Proses pembelajaran akan lebih menarik,
sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
c.
Dengan cara mengamati secara langsung
siswa akan memiliki kesempat-an untuk membandingkan antara teori dan kenyataan.
Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.
Di samping beberapa kelebihan, metode demonstrasi
juga memiliki be-berapa kelemahan, di antarannya:
a.
Metode demonstrasi memerlukan persiapan
yang lebih matang, sebab tan-pa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal
sehingga dapat menye-babkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering
terjadi untuk mengha-silkan pertunjukan suatu proses tertentu, guru harus
beberapa kali menco-banya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang
banyak.
b.
Demonstrasi memerlukan peralatan,
bahan-bahan, dan tempat yang mema-dai yang berarti penggunaan metode ini
memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
c.
Demonstrasi
memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khu-
16
sus, sehingga guru dituntut untuk
bekerja lebih profesional. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan
dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.
2.
Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa
hal yang harus dilakukan:
1)
Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh
siswa setelah proses de-monstrasi berakhir.
2)
Persiapkan garis besar langkah-langkah
demonstrasi yang akan dila-kukan.
3) Lakukan
uji coba demonstrasi. b. Tahap Pelaksanaan
1) Langkah pembukaan.
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang
harus diperha-tikan, di antaranya:
a)
Aturlah tempat duduk yang memungkinkan
semua siswa dapat mem-perhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
b)
Kemukakan
tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
c)
Kemukakan tugas-tugas apa yang harus
dilakukan oleh siswa, misal-nya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang
dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.
2) Langkah
pelaksanaan demonstrasi.
a)
Mulailah demonstrasi dengan
kegiatan-kegiatan yang merangsang sis-wa untuk berpikir, misalnya melalui
pertanyaanpertanyaan yang me-ngandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk
tertarik memper-hatikan demonstrasi.
b)
Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan
menghindari suasana yang menegangkan.
c)
Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti
jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa.
d)
Berikan
kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan le-
17
bih lanjut sesuai dengan apa yang
dilihat dari proses demonstrasi itu.
3) Langkah mengakhiri demonstrasi.
Apabila demonstrasi
selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu di-akhiri dengan memberikan
tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan
proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan
apakah siswa memahami proses demons-trasi itu atau tidak. Selain memberikan
tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama
tentang jalannya proses de-monstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.
C. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang
menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah
untuk memecah-kan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan
memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998).
Ka-rena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi
lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu se-cara
bersama-sama. Selama ini banyak guru yang merasa keberatan untuk menggunakan
metode diskusi dalam proses pembelajaran. Keberatan itu bia-sanya timbul dari
asumsi: (1) diskusi merupakan metode yang sulit diprediksi hasilnya oleh karena
interaksi antar siswa muncul secara spontan, sehingga hasil dan arah diskusi
sulit ditentukan; (2) diskusi biasanya memerlukan wak-tu yang cukup panjang,
padahal waktu pembelajaran di dalam kelas sangat terbatas, sehingga
keterbatasan itu tidak mungkin dapat menghasilkan sesua-tu secara tuntas.
Sebenarnya hal ini tidak perlu dirisaukan oleh guru. Sebab, dengan perencanaan
dan persiapan yang matang kejadian semacam itu bisa dihindari.
Dilihat dari pengorganisasian materi pembelajaran,
ada perbedaan yang sangat prinsip dibandingkan dengan metode sebelumnya, yaitu
ceramah dan demonstrasi. Kalau metode ceramah dan demonstrasi materi pelajaran
sudah diorganisir sedemikian rupa sehingga guru tinggal menyampaikannya, maka
pada metode ini bahan atau materi pembelajaran tidak diorganisir sebelum-nya
serta tidak disajikan secara langsung kepada siswa, matari pembelajaran
18
ditemukan dan diorganisir oleh siswa
sendiri, karena tujuan utama metode ini bukan hanya sekadar hasil belajar,
tetapi yang lebih penting adalah proses be-lajar.
Secara umum ada dua
jenis diskusi yang biasa dilakukan dalam proses pembelajaran. Pertama, diskusi
kelompok. Diskusi ini dinamakan juga disku-si kelas. Pada diskusi ini
permasalahan yang disajikan oleh guru dipecahkan oleh kelas secara keseluruhan.
Pengatur jalannya diskusi adalah guru. Kedua, diskusi kelompok kecil. Pada
diskusi ini siswa dibagi dalam beberapa kelom-pok. Setiap kelompok terdiri dari
3-7 orang. Proses pelaksanaan diskusi ini dimulai dari guru menyajikan masalah
dengan beberapa submasalah. Setiap kelompok memecahkan submasalah yang
disampaikan guru. Proses diskusi diakhiri dengan laporan setiap kelompok.
1.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi
Ada beberapa kelebihan metode diskusi, manakala
diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.
a.
Metode diskusi dapat merangsang siswa
untuk lebih kreatif, khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
b.
Dapat melatih untuk membiasakan diri
bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
c.
Dapat melatih siswa untuk dapat
mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Di samping itu, diskusi juga
bisa melatih siswa untuk meng-hargai pendapat orang lain.
Selain beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki
beberapa kelemahan, di antaranya:
a.
Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi
dikuasai oleh 2 atau 3 orang sis-wa yang memiliki keterampilan berbicara.
b.
Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi
meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
c.
Memerlukan waktu yang cukup panjang,
yang kadang-kadang tidak sesu-ai dengan yang direncanakan.
d.
Dalam diskusi sering terjadi perbedaan
pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya,
kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu
iklim pembelajaran.
19
2. Jenis-jenis Diskusi
Terdapat bemacam-macam
jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, antara lain:
a. Diskusi Kelas
Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok
adalah proses peme-cahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas
sebagai peserta dis-kusi. Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini
adalah: (1) guru mem-bagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi, misalnya siapa
yang akan menjadi moderator, siapa yang menjadi penulis; (2) sumber masalah
(guru, siswa, atau ahli tertentu dari luar) memaparkan masalah yang harus
dipecahkan selama 10-15 menit; (3) siswa diberi kesempatan untuk menanggapi
permasalahan setelah mendaftar pada moderator; (4) sumber masalah memberi
tanggapan; dan (5) moderator menyimpulkan hasil diskusi.
b. Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi
siswa dalam kelom-pok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang.
Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum,
kemudian ma-salah tersebut dibagi-bagi ke dalam submasalah yang harus
dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam kelompok kecil,
ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya.
c. Simposium
Simposium adalah metode mengajar dengan membahas
suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian.
Simposium di-lakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa. Setelah
para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka
sim-posium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang
telah ditentukan sebelumnya.
d. Diskusi Panel
Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang
dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang di
hadapan audi-ens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam
diskusi panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan hanya
sekadar peninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu,
agar diskusi panel efektif perlu digabungkan dengan metode lain, misalnya
dengan meto-
20
de
penugasan. Siswa disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan dalam dis-kusi.
3.
Langkah-langkah Melaksanakan Diskusi
Agar penggunan diskusi berhasil dengan efektif, maka
perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Langkah Persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam persiapan diskusi di antaranya:
1)
Merumuskan tujuan yang ingin dicapai,
baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus.
2)
Menentukan jenis diskusi yang dapat
dilaksanakan sesuai dengan tu-juan yang ingin dicapai..
3)
Menetapkan
masalah yang akan dibahas.
4)
Mempersiapkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan teknis pe-laksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan
segala fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan
tim perumus, manakala diperlukan.
b.
Pelaksanaan Diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
melaksanakan diskusi adalah:
1)
Memeriksa segala persiapan yang dianggap
dapat memengaruhi ke-lancaran diskusi.
2)
Memberikan pengarahan sebelum
dilaksanakan diskusi, misalnya me-nyajikan tujuan yang ingin dicapai serta
aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan.
3)
Melaksanakan diskusi sesuai dengan
aturan main yang telah ditetap-kan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah
memerhatikan suasana atau iklim belajar yang menyenangkan, misalnya tidak
tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya.
4)
Memberikan kesempatan yang sama kepada
setiap peserta diskusi un-tuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.
5)
Mengendalikan pembicaraan kepada pokok
persoalan yang sedang di-bahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa
pengendalian biasanya arah
21
pembahasan menjadi melebar dan
tidak fokus.
c.
Menutup Diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan
diskusi hen-daklah dilakuan hal-hal sebagai berikut:
1)
Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai
kesimpulan sesuai de-ngan hasil diskusi.
2)
Me-review jalannya diskusi dengan
meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan
selanjutnya.
D.
Metode Simulasi
Simulasi berasal dari
kata simulate yang artinya berpura-pura atau ber-buat seakan-akan.
Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman
belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk me-mahami tentang konsep,
prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode
mengajar dengan asumsi tidak semua proses pem-belajaran dapat dilakukan secara
langsung pada objek yang sebenarnya. Gladi resik merupakan salah satu contoh
simulasi, yakni memperagakan proses ter-jadinya suatu upacara tertentu sebagai
latihan untuk upacara sebenarnya su-paya tidak gagal dalam waktunya nanti.
Demikian juga untuk mengembang-kan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu
peristiwa, penggunaan simu-lasi akan sangat bermanfaat.
Metode simulasi
bertujuan untuk: (1) melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional
maupun bagi kehidupan sehari-hari, (2) memperoleh pe-mahaman tentang suatu
konsep atau prinsip, (3) melatih memecahkan masa-lah, (4) meningkatkan
keaktifan belajar, (5) memberikan motivasi belajar ke-pada siswa, (6) melatih
siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi ke-lompok, (7) menumbuhkan daya
kreatif siswa, dan (8) melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi.
a.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi
Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan
simulasi sebagai metode mengajar, di antaranya adalah:
1)
Simulasi
dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi si-
22
tuasi
yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun
menghadapi dunia kerja.
2)
Simulasi dapat mengembangkan kreativitas
siswa, karena melalui simula-si siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan
sesuai dengan to-pik yang disimulasikan.
3)
Simulasi
dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
4)
Memperkaya pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diperlukan da-lam menghadapi berbagai situasi sosial yang
problematis.
5) Simulasi
dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses permbelajaran. Di samping memiliki
kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan,
di antaranya:
1)
Pengalaman yang diperoleh melalui
simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
2)
Pengelolaan yang kurang baik, sering
simulasi dijadikan sebagai alat hi-buran, sehingga tujuan pembelajaran menjadi
terabaikan.
3)
Faktor psikologis seperti rasa malu dan
takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.
b.
Jenis-jenis Simulasi
Simulasi terdiri dari beberapa
jenis, di antaranya:
1)
Sosiodrama
Sosiodrama adalah
metode pembelajaran bermain peran untuk meme-cahkan masalah-masalah yang
berkaitan dengan fenomena sosial, permasa-lahan yang menyangkut hubungan antara
manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang
otoriter, dan lain sebagainya. Sosi-odrama digunakan untuk memberikan pemahaman
dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa
untuk me-mecahkannya.
2)
Psikodrama
Psikodrama adalah
metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari
permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodrama biasa-nya digunakan untuk
terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya,
menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terha-dap tekanan-tekanan yang
dialaminya.
23
3)
Role Playing
Role playing atau
bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi
yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi
peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada
masa mendatang. Topik yang dapat diangkat untuk role playing misalnya
memainkan peran sebagai juru kampanye suatu partai atau gambar-an keadaan yang
mungkin muncul pada abad teknologi informasi.
4)
Peer Teaching
Peer teaching merupakan
latihan mengajar yang dilakukan oleh siswa kepada teman-teman calon
guru. Selain itu peer teaching merupakan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan seorang siswa kepada siswa lainnya dan salah satu siswa itu lebih
memahami materi pembelajaran.
5)
Simulasi Game
Simulasi game merupakan
bermain peranan, para siswa berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu
melalui permainan dengan mematuhi peratur-an yang ditentukan.
c. Langkah-langkah Simulasi
1)
Persiapan Simulasi
a)
Menetapkan topik atau masalah serta
tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi.
b)
Guru memberikan gambaran masalah dalam
situasi yang akan disimu-lasikan.
c)
Guru menetapkan pemain yang akan
terlibat dalam simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta
waktu yang disedia-kan.
d)
Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya khusus-nya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi.
2)
Pelaksanaan Simulasi
a)
Simulasi
mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.
b)
Para
siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
c)
Guru hendaknya memberikan bantuan kepada
pemeran yang menda-pat kesulitan.
d)
Simulasi
hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksud-
24
kan
untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang
disimulasikan.
3)
Penutup
a)
Melakukan diskusi baik tentang jalannya
simulasi maupun materi ce-rita yang disimulasikan.Guru harus mendorong agar
siswa dapat mem-berikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan
simulasi.
b)
Merumuskan
kesimpulan.
E.
Metode Tugas dan Resitasi
Metode tugas dan
resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi le-bih luas dari itu. Tugas
dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu atau
kelompok. Tugas dan resitasi bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di
perpustakaan dan tempat lainnya.
Jenis-jenis tugas sangat banyak tergantung pada
tujuan yang akan dica-pai, seperti tugas meneliti, menyusun laporan, dan tugas
di laboratorium.
Langkah-langkah menggunakan
metode tugas/resitasi:
1.
Fase Pemberian Tugas
Tugas yang diberikan
kepada siswa hendaknya mempertimbangkan; tu-juan yang akan dicapai, jenis tugas
dan tepat, sesuai dengan kemampuan siswa, ada petunjuk yang dapat membantu dan
sediakan waktu yang cukup.
2.
Langkah Pelaksanaan Tugas
a)
Diberikan
bimbingan/pengawasan oleh guru.
b)
Diberikan
dorongan sehingga anak mau melaksanakannya.
c)
Diusahakan atau dikerjakan oleh anak
sendiri.
d)
Mencatat
semua hasil yang diperoleh dengan baik dan sistematik.
3.
Fase Pertanggungjawaban Tugas
Hal yang perlu diperhatikan
adalah:
a)
Laporan
siswa baik lisan/tertulis dari apa yang telah dikerjakan.
b)
Ada
tanya jawab dan diskusi.
c)
Penilaian hasil pekerjaan siswa baik
dengan tes atau nontes atau cara lainnya.
Fase mempertanggungjawabkan tugas
inilah yang disebut resitasi.
25
F.
Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab
adalah metode mengajar yang memungkinkan ter-jadinya komunikasi langsung yang
bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara
guru dan siswa. Guru bertanya siswa menja-wab atau siswa bertanya guru
menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat ada-nya hubungan timbal balik secara
langsung antara guru.
Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam metode
tanya jawab ini antara lain:
1.
Tujuan yang akan dicapai dari metode tanya jawab.
1)
Untuk mengetahui sampai sejauh mana
materi pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa.
2)
Untuk
merangsang siswa berfikir.
3)
Memberi kesempatan pada siswa untuk
mengajukan masalah yang belum dipahami.
2.
Jenis pertanyaan.
Pada dasarnya ada dua pertanyaan yang perlu
diajukan, yakni pertanya-an ingatan dan pertanyaan pikiran:
1)
Pertanyaan ingatan, dimaksudkan untuk
mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan sudah tertanam pada siswa. Biasanya
pertanyaan berpangkal kepada apa, kapan, di mana, berapa, dan yag sejenisnya.
2)
Pertanyaan pikiran, dimaksudkan untuk
mengetahui sampai sejauh mana cara berpikir anak dalam menanggapi suatu
persoalan. Biasanya pertanyaan ini dimulai dengan kata mengapa, bagaimana.
3.
Tehnik mengajukan pertanyaan.
Berhasil tidaknya
metode tanya jawab, sangat bergantung kepada tehnik guru dalam mengajukan
pertanyaanya. Metode tanya jawab biasanya di-pergunakan apabila:
1)
Bermaksud
mengulang bahan pelajaran.
2)
Ingin
membangkitkan siswa relajar.
3)
Tidak
terlalu banyak siswa.
4)
Sebagai
selingan metode ceramah.
G. Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok atau
bekerja dalam situasi kelompok mengan-
26
dung pengertian bahwa siswa dalam satu
kelas dipandang sebagai satu kesa-tuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi
atas kelompok-kelompok kecil (sub-sub kelompok). Kelompok bisa dibuat
berdasarkan:
a.
Perbedaan individual dalam kemampuan
belajar, terutama bila kelas itu sifatnya heterogin dalam belajar.
b.
Perbedaan minat belajar, dibuat kelompok
yang terdiri atas siswa yang punya minat yang sama.
c.
Pengelompokan
berdasarkan jenis pekerjaan yang akan kita berikan.
d.
Pengelompokan atas dasar wilayah tempat
tinggal siswa yang tinggal da-lam satu wilayah yang dikelompokkan dalam satu
kelompokan sehingga memudahkan koordinasi kerja.
e.
Pengelompokan secara random atau
dilotre, tidak melihat faktor-faktor lain.
f.
Pengelompokan atas dasar jenis kelamin,
ada kelompok pria dan kelom-pok wanita.
Sebaiknya kelompok
menggambarkan yang heterogin, baik dari segi kemapuan belajar maupun jenis
kelamin. Hal ini dimaksudkan agar kelompok-kelompok tersebut tidak berat
sebelah (ada kelompok yang baik dan ada ke-lompok yang kurang baik) .
Kalau dilihat dari segi proses kerjanya maka kerja
kelompok ada dua macam, yaitu kelompok jangka pendek dan kelompok jangka
panjang.
1)
Kelompok jangka pendek, artinya jangka
waktu untuk bekerja dalam ke-lompok tersebut hanya pada saat itu saja, jadi
sifatnya insidental.
2) Kelompok jangka
panjang, artinya proses
kerja dalam kelompok
itu bu-
kan
hanya pada saat itu saja, mungkin berlaku untuk satu periode tertentu sesuai
dengan tugas/masalah yang akan dipecahkan.
Untuk mencapai hasil yang baik, maka faktor yang
harus diperhatikan dalam kerja kelompok adalah:
1)
Perlu adanya motif (dorongan) yang kuat
untuk bekerja pada setiap ang-gota.
2)
Pemecahan masalah dapat dipandang
sebagai satu unit dipecahkan bersa-ma, atau masalah dibagi-bagi untuk
dikerjakan masing-masing secara in-dividual. Hal ini bergantung kepada kompleks
tidaknya masalah yang akan dipecahkan
27
3)
Persaingan yang sehat antarkelompok
biasanya mendoronganak untuk be-lajar.
4)
Situasi yang menyenangkan antar anggota
banyak menentukan berahsil tidaknya kerja kelompok.
H.
Metode Problem Solving
Metode problem
solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya se-kedar metode mengajar
tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving
dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai
kepada menarik kesimpulan.
Langkah-langkah metode problem
solving.
1)
Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan.
Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
2)
Mencari data atau keterangan yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca
buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain.
3)
Menetapkan jawaban sementara dari
masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang
telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.
4)
Menguji kebenaran jawaban sementara
tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga
betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai
dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran
jawab-an ini tentu saja diperlukan metode-metode lainnya seperti demonstrasi, tugas,
diskusi, dan lain-lain.
5)
Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus
sampai kepada kesimpulan ter-akhir tentang jawaban dari masalah tadi.
I.
Metode Sistem Regu (Team Teaching)
Team Teaching pada
dasarnya ialah metode mengajar dua orang guru atau lebih bekerja sama
mengajar sebuah kelompok siswa, jadi kelas dihadapi beberapa guru.
Sistem regu banyak macamnya, sebab untuk satu regu
tidak senantiasa guru secara formal saja, tetapi dapat melibatkan orang luar
yang dianggap
28
perlu sesuai dengan keahlian yang
dibutuhkan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan
metode Team Teaching.
a.
Harus ada program pelajaran yang disusun
bersama oleh team tersebut, sehingga betul-betul jelas dan terarah sesuai
dengan tugas masing-masing dalam team tersebut.
b.
Membagi tugas tiap topik kepada guru
tersebut, sehingga masalah bim-bingan pada siswa terarah dengan baik.
c.
Harus dicegah jangan sampai terjadi jam
bebas akibat ketidak hadiran se-seorang guru anggota tim.
J.
Metode Latihan (Drill)
Metode latihan pada
umumnya digunakan untuk memeperoleh suatu ke-tangkasan atau keterampilan dari
apa yang telah dipelajari. Mengingat latihan ini kurang mengembangkan
bakat/inisiatif siswa untuk berpiki, maka hendak-nya guru/pengajar
memperhatikan tingkat kewajaran dari metode Drill.
1.
Latihan, wajar digunakan untuk hal-hal
yang bersifat motorik, seperti me-nulis, permainan, pembuatan, dan lain-lain.
2.
Untuk melatih kecakapan mental, misalnya
perhitungan penggunaan ru-mus-rumus, dan lain-lain.
3.
Untuk melatih hubungan, tanggapan,
seperti penggunaan bahasa, grafik, simbul peta, dan lain-lain.
Prinsip dan petunjuk menggunakan
metode Drill.
1.
Siswa harus diberi pengertian yang
mendalam sebelum diadakan latihan tertentu.
2.
Latihan untuk pertama kalinya hendaknya
bersifat diagnosis, mula-mula kurang berhasil, lalu diadakan perbaikan untuk
kemudian bisa lebih sem-purna.
3.
Latihan
tidak perlu lama asal sering dilaksanakan.
4.
Harus
disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.
5.
Proseslatihan hendaknya mendahulukan
hal-hal yang essensial dan bergu-na.
K.
Metode Karyawisata (Field-Trip)
Karyawisata dalam arti metode
mengajar mempunyai arti tersendiri, ber-
29
beda
dengan karyawisata dalam arti umum. Karyawisata di sini berarti kun-jungan ke
luar kelas dalam rangka belajar.
Contoh: Mengajak siswa
ke gedung pengadilan untuk mengetahui sis-tem peradilan dan proses pengadilan,
selama satu jam pelajaran. Jadi, karya-wisatadi atas tidak mengambil tempat
yang jauh dari sekolah dan tidak memer-lukan waktu yang lama. Karyawisata dalam
waktu yang lama dan tempat yang jauh disebut study tour.
Langkah- langkah Pokok dalam
Pelaksanaan Metode Karyawisata
1.
Perencanaan Karyawisata
a)
Merumuskan
tujuan karyawisata.
b)
Menetapkan objek kayawisata sesuai
dengan tujuan yang hendak di-capai.
c)
Menetapkan
lamanya karyawisata.
d)
Menyusun
rencana belajar bagi siswa selama karyawisata.
e)
Merencanakan
perlengkapan belajar yang harus disediakan.
2.
Pelaksanaan Karyawisata
Fase ini adalah
pelaksanaan kegiatan belajar di tempat karyawisata de-ngan bimbingan guru.
Kegiatan belajar ini harus diarahkan kepada tujuan yang telah ditetapkan pada
fase perencanaan di atas.
3.
Tindak Lanjut
Pada akhir karyawisata
siswa diminta laporannya baik lisan maupun tertulis, mengenai inti masalah yang
telah dipelajari pada waktu karyawi-sata.
L.
Strategi Pembelajaran Ekspositori
1.
Pengertian
Strategi pembelajaran
ekspositori adalah strategi pembelajaran yang me-nekankan kepada proses
penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa
dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Dalam
strategi ini materi pelajaran disampaikan lang-sung oleh guru. Siswa tidak
dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pe-lajaran seakanakan sudah jadi.
Karena strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka
sering juga dinamakan strategi ”chalk and talk”.
30
2. Karakteristik Pembelajaran
Ekspositori
Terdapat beberapa karakteristik
strategi ekspositori di antaranya:
a.
Strategi ekspositori dilakukan dengan
cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan
merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang
mengidentikannya de-ngan ceramah.
b.
Biasanya materi pelajaran yang
disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta,
konsep-konsep tertentu yang harus di-hafal sehingga tidak menuntut siswa untuk
berpikir ulang.
c.
Tujuan utama pembelajaran adalah
penguasaan materi pelajaran itu sendi-ri. Artinya, setelah proses pembelajaran
berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat
mengungkapkan kembali
materi yang telah diuraikan.
Strategi pembelajaran
ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi
kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam
strategi ini guru memegang peran yang sa-ngat dominan. Melalui strategi ini
guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi
pelajaran yang disampaikan itu da-pat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama
strategi ini adalah kemampuan akademik (academic achievement) siswa.
Metode pembelajaran dengan kuli-ah merupakan bentuk strategi ekspositori.
3.
Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori
Tidak ada satu strategi
pembelajaran yang dianggap lebih baik diban-dingkan dengan strategi
pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu strategi pembelajaran bisa dilihat
dari efektif tidaknya strategi tersebut dalam menca-pai tujuan pembelajaran
yang telah ditentukan. Dengan demikian, pertimbang-an pertama penggunaan
strategi pembelajaran adalah tujuan apa yang harus dicapai.
Dalam penggunaan strategi pembelajaran ekspositori
terdapat beberapa prinsip berikut ini, yang harus diperhatikan oleh setiap
guru.
a.
Berorientasi pada Tujuan
Walaupun penyampaian materi
pelajaran merupakan ciri utama dalam
31
strategi pembelajaran ekspositori melalui metode
ceramah, namun tidak ber-arti proses penyampaian materi tanpa tujuan
pembelajaran. Justru tujuan itu-lah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam
penggunaan strategi ini. Karena itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih
dahulu guru harus meru-muskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur.
Seperti kriteria pada umumnya, tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam
bentuk tingkah laku yang dapat diukur atau berorientasi pada kompetensi yang
harus dicapai oleh siswa. Hal ini sangat penting untuk dipahami, karena tujuan
yang spesifik me-mungkinkan kita bisa mengontrol efektivitas penggunaan
strategi pembela-jaran. Memang benar, strategi pembelajaran ekspositori tidak
mungkin dapat mengejar tujuan kemampuan berpikir tingkat tinggi, misalnya
kemampuan untuk menganalisis, mensintesis sesuatu, atau mungkin mengevaluasi
sesua-tu, namun tidak berarti tujuan kemampuan berpikir taraf rendah tidak
perlu dirumuskan. Justru tujuan itulah yang harus dijadikan ukuran dalam menggu-nakan
strategi ekspositori.
b. Prinsip Komunikasi
Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses
komunikasi, yang menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber
pesan) ke-pada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan). Pesan yang
ingin disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang diorganisir dan
disu-sun sesuai dengan tujuan tertentu yaang ingin dicapai. Dalam proses
komuni-kasi guru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai
pene-rima pesan.
Dalam proses komunikasi, bagaimanapun sederhananya,
selalu terjadi urutan pemindahan pesan (informasi) dari sumber pesan ke
penerima pesan. Sistem komunikasi dikatakan efektif manakala pesan itu dapat
mudah ditang-kap oleh penerima pesan secara utuh. Sebaliknya, sistem komunikasi
dikata-kan tidak efektif, manakala penerima pesan tidak dapat menangkap setiap
pe-san yang disampaikan. Kesulitan menangkap pesan itu dapat terjadi oleh
ber-bagai gangguan (noise) yang dapat menghambat kelancaran proses
komuni-kasi. Akibat gangguan (noise) tersebut memungkinkan penerima
pesan (sis-wa) tidak memahami atau tidak dapat menerima sama sekali pesan yang
ingin disampaikan. Sebagai suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada
32
proses
penyampaian, maka prinsip komunikasi merupakan prinsip yang sangat penting
untuk diperhatikan. Artinya, bagaimana upaya yang bisa dilakukan agar setiap
guru dapat menghilangkan setiap gangguan (noise) yang bisa meng-ganggu proses
komunikasi.
c. Prinsip Kesiapan
Siswa dapat menerima informasi sebagai stimulus yang
kita berikan, terlebih dahulu kita harus memosisikan mereka dalam keadaan siap
baik se-cara fisik maupun psikis untuk menerima pelajaran. Jangan mulai kita
sajikan mata pelajaran, manakala siswa belum siap untuk menerimanya.
d. Prinsip Berkelanjutan
Proses pembelajaran ekspositori harus dapat
mendorong siswa untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut.
Pembelajaran bukan hanya berlang-sung pada saat itu, akan tetapi juga untuk
waktu selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui proses
penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidakseimbangan (disequilibrium),
sehingga mendorong mere-ka untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan
melalui proses belajar mandiri.
Keberhasilan penggunaan
strategi ekspositori sangat tergantung pada kemampuan guru untuk bertutur atau
menyampaikan mated pelajaran.
4. Langkah-langkah Pelaksanaan Strategi
Ekspositori
Ada beberapa langkah dalam penerapan strategi
ekspositori, yaitu: a. Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa
untuk meneri-ma pelajaran. Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan
merupakan lang-kah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan strategi ekspositori sangat tergantung pada langkah
persiapan.
Beberapa hal yang harus
dilakukan dalam langkah persiapan di antara-nya adalah:
1)
Berikan
sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif.
2)
Mulailah
dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai.
3)
Bukalah file dalam otak siswa. b.
Penyajian (Presentation)
Langkah penyajian adalah langkah
penyampaian materi pelajaran sesuai
33
dengan
persiapan yang telah dilakukan. Guru harus dipikirkan guru dalam penyajian ini
adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan
dipahami oleh siswa. Karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pelaksanaan langkah ini, yaitu: (1) penggunaan bahasa,
(2) intonasi suara, (3) menjaga kontak mata dengan
siswa, dan (4) mengguna-kan joke-joke yang menyegarkan.
c. Korelasi (Correlation)
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi
pelajaran de-ngan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan
siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah
di-milikinya. Langkah korelasi dilakukan untuk memberikan makna terhadap materi
pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah
dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan
kemampuan motorik siswa.
d. Menyimpulkan (Generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti {core)
dari materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan
langkah yang sangat penting dalam strategi ekspositori, sebab melalui langkah
menyim-pulkan siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses penyajian.
e. Mengaplikasikan (Application)
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan
siswa setelah mere-ka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah
yang sangat penting dalam proses pembelajaran ekspositori, sebab melalui
langkah ini gu-ru akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman
materi pelajaran oleh siswa. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini di
antaranya: (1) dengan membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah
disajikan, (2) dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang
telah disajikan.
5.
Keunggulan dan Kelemahan Strategi Ekspositori a. Keunggulan
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi
pembelajaran yang banyak dan sering digunakan. Hal ini disebabkan strategi ini
memiliki bebe-rapa keunggulan, di antaranya:
34
1)
Dengan strategi pembelajaran ekspositori
guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, ia dapat
mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
2)
Strategi pembelajaran ekspositori
dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa
cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
3)
Melalui strategi pembelajaran
ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang
suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi
(melalui pelaksanaan demonstrasi).
4)
Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran
ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
b.
Kelemahan
Di samping memiliki keunggulan, strategi ekspositori
juga memiliki kelemahan, di antaranya:
1)
Strategi pembelajaran ini hanya mungkin
dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak
secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu
digunakan strate-gi lain.
2)
Strategi ini tidak mungkin dapat
melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan
pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
3)
Karena strategi lebih banyak diberikan
melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal
kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
4)
Keberhasilan strategi pembelajaran
ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan,
pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai
kemampuan seperti kemam-puan bertutur (berkomunikasi), dan kemampuan mengelola
kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin
berhasil.
5)
Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran
lebih banyak terjadi satu arah (one-way communication), maka kesempatan
untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas
pula. Di samping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang
35
6) dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang
diberikan guru.
M. Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi pembelajaran Inkuiri menekankan kepada
proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung.
Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi
pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa
untuk be-lajar. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembela-jaran
yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Pro-ses
berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan
siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic,
yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya
menemu-kan.
1. Ciri-ciri Strategi Pembelajaran Inkuiri
Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada
aktivitas siswa secara mak-simal untuk mencari dan menemukan. Artinya strategi
inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran,
siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru
secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi
pelajaran itu sendiri.
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa
diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang
dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri {self
belief). Dengan de-mikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru
bukan sebagai sum-ber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator
belajar siswa. Akti-vitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya
jawab antara gu-ru dan siswa. Karena itu kemampuan guru dalam menggunakan
teknik berta-nya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri.
Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran
inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan
kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental. Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tak hanya
ditun-
36
tut untuk menguasai materi pelajaran,
akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Manusia yang hanya menguasai pe-lajaran belum tentu dapat mengembangkan
kemampuan berpikir secara opti-mal. Sebaliknya, siswa akan dapat mengembangkan
kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran.
Strategi pembelajaran
inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pem-belajaran yang berorientasi kepada
siswa (student centered approach). Dika-takan demikian, sebab dalam
strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses
pembelajaran.
2.
Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri
a.
Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
Tujuan utama dari strategi inkuiri
adalah pengembangan kemampuan ber-pikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran
ini selain berorientasi ke-pada hasil belajar juga berorientasi pada proses
belajar.
b.
Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah
proses interaksi, baik inter-aksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan
guru, bahkan interaksi anta-ra siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai
proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi
sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
c.
Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam
menggunakan strategi ini adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa
untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari
proses berpikir. Karena itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah
inkuiri sangat diperlukan.
d.
Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah
fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think),
yakni proses mengembangkan po-tensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah
pemanfaatan dan peng-gunaan otak secara maksimal.
d.
Prinsip Keterbukaan
Pembelajaran
yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan
37
berbagai kemungkinan sebagai hipotesis
yang harus dibuktikan kebenar-annya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk
memberikan kesem-patan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka
mem-buktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.
3. Langkah-Langkah Pelaksanaan Strategi
Pembelajaran Inkuiri
Secara umum proses
pembelajaran dengan menggunakan strategi dapat mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina
suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru
mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru
merangsang dan Menga-jak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah
orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan startegi ini
sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan
kemampuannya dalam meme-cahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan itu tak
mungkin proses pem-belajaran akan berjalan dengan lancar.
b. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa
pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah
per-soalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.
Dika-takan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah
itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat.
Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inku-iri, oleh
sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat
berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
c. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu
permasalahan yang se-dang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu
diuji kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi
harus memili-ki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang
dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu
sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta
keluasan pengala-
38
man. Dengan demikian, setiap individu yang kurang
mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.
d. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring
informasi yang dibutuh-kan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam
strategi pembelajaran in-kuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang
sangat penting da-lam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan
hanya me-merlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga
membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Karena
itu, tu-gas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan
pertanyaan-perta-nyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari
informasi yang dibutuhkan. Sering terjadi kemacetan berinkuiri adalah manakala
siswa tidak apresiatif terhadap pokok permasalahan. Tidak apresiatif itu
biasanya ditun-jukkan oleh gejala-gejala ketidakgairahan dalam belajar.
Manakala guru me-nemukan gejala-gejala semacam ini, maka guru hendaknya secara
terus-me-nerus memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui
penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa
sehingga mere-ka terangsang untuk berpikir.
e. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban
yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pe-ngumpulan data. Dalam menguji hipotesis yang terpenting adalah
mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di samping itu,
menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.
Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi,
akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertang-gungjawabkan.
f. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan
kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi,
karena ba-nyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan
ti-dak fokus pada masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk menca-pai
kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa
39
data mana yang
relevan.
4. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial
Terjadinya ledakan pengetahuan, menuntut perubahan
pola mengajar dari yang hanya sekadar mengingat fakta yang biasa dilakukan
melalui strate-gi pembelajaran dengan metode kuliah (lecture) atau dari
metode latihan (drill) dalam pola tradisional, menjadi pengembangan
kemampuan berpikir kritis (critical thinking). Strategi pembelajaran
yang dapat mengembangkan kemam-puan berpikir itu adalah strategi inkuiri
sosial.
Menurut Bruce Joyce,
inkuiri sosial merupakan strategi pembelajaran dari kelompok sosial (social
family) subkelompok konsep masyarakat (concept of society). Subkelompok
ini didasarkan pada asumsi bahwa metode pendi-dikan bertujuan untuk
mengembangkan anggota masyarakat ideal yang dapat hidup dan dapat mempertinggi
kualitas kehidupan masyarakat. Karena itulah siswa harus diberi pengalaman yang
memadai bagaimana caranya memecah-kan persoalan-persoalan yang muncul di
masyarakat. Melalui pengalaman itulah setiap individu akan dapat membangun
pengetahuan yang berguna bagi diri dan masyarakatnya.
Inkuiri sosial dapat
dipandang sebagai suatu strategi pembelajaran yang berorientsi kepada
pengalaman siswa.
Ada tiga karakteristik pengembangan strategi inkuiri
sosial. Pertama, adanya aspek (masalah) sosial dalam kelas yang dianggap
penting dan dapat mendorong terciptanya diskusi kelas. Kedua, adanya rumusan
hipotesis seba-gai fokus untuk inkuiri. Ketiga, penggunaan fakta sebagai
pengujian hipotesis.
Dari karakteristik inkuiri seperti yang telah
diuraikan di atas, maka tam-pak inkuiri sosial pada dasarnya tidak berbeda
dengan inkuiri pada umumnya. Perbedaannya terletak pada masalah yang dikaji
adalah masalah-masalah so-sial atau masalah kehidupan masyarakat.
5. Keunggulan dan Kelemahan Strategi
Pembelajaran Inkuiri
Strategi Pembelajaran Inkuiri merupakan strategi
pembelajaran yang banyak dianjurkan, karena strategi ini memiliki beberapa
keunggulan, di an-taranya:
a. Startegi ini merupakan strategi
pembelajaran yang menekankan kepada
40
pengembangan
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran
melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
b.
Startegi ini dapat memberikan ruang
kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
c.
Startegi ini merupakan strategi yang
dianggap sesuai dengan perkembang-an psikologi belajar modern yang menganggap
belajar adalah proses pe-rubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d.
Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat
melayani kebutuh-
an siswa yang memiliki kemampuan di atas
rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan
terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Di samping memiliki keunggulan, strategi ini juga
mempunyai kelemah-an, di antaranya:
a.
Jika strategi ini digunakan sebagai
strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan
siswa.
b.
Strategi ini sulit dalam merencanakan
pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c.
Kadang-kadang dalam
mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru
sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
d.
Selama kriteria keberhasiJan belajar
ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka startegi ini
akan sulit diimplementasi-kan oleh setiap guru.
N.
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
1.
Pengertian
Strategi Pembelajaran
Kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan
memotivasi siswa untuk memahami makna mate-ri pelajaran yang dipelajarinya
dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari
(konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki
pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel da-pat diterapkan (ditransfer)
dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
Pendekatan kontektual (Contextual
Teaching and Learning) merupakan
41
konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bu-kan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi
pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Dalam kelas kontektual,
tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak
berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja ber-sama untuk menemukan sesuatu yang
baru bagi anggota kelas (siswa). Sesu-atu yang baru datang dari menemukan
sendiri bukan dari apa kata guru. Begi-tulah peran guru di kelas yang dikelola
dengan pendekatan kontekstual
Pembelajaran
kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan-nya dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubung-an antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidu-pan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembela-jaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism),
bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning
community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic
assessment).
2. Langkah-langkah CTL
CTL dapat diterapkan
dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun
keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cu-kup mudah. Secara garis besar,
langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut.
a.
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan
belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan kete-rampilan barunya.
b.
Laksanakan
sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
c.
Kembangkan
sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d.
Ciptakan
masyarakat belajar.
42
e.
Hadirkan
model sebagai contoh pembelajaran.
f.
Lakukan
refleksi di akhir pertemuan.
g.
Lakukan
penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
3.
Karakteristik Pembelajaran CTL
1)
Kerjasama.
2)
Saling
menunjang.
3)
Menyenangkan,
tidak membosankan.
4)
Belajar
dengan bergairah.
5)
Pembelajaran
terintegrasi.
6)
Menggunakan
berbagai sumber.
7)
Siswa
aktif.
8)
Sharing
dengan teman.
9)
Siswa
kritis guru kreatif.
10)
Dinding dan lorong-lorong penuh dengan
hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain.
11) Laporan kepada
orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, la-
poran hasil pratikum, karangan
siswa dan lain-lain
Dalam pembelajaran
kontekstual, program pembelajaran lebih merupa-kan rencana kegiatan kelas yang
dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan
dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya.
Dalam program tercermin tujuan pem-belajaran, media untuk mencapai tujuan
tersebut, materi pembelajaran, lang-kah-langkah pembelajaran, dan authentic
assessment-nya.
Dalam konteks itu,
program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan
dikerjakannya bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format
antara program pembelajaran konven-sional dengan program pembelajaran
kontekstual. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi
tujuan yang akan dicapai (je-las dan operasional), sedangkan program untuk
pembelajaran kontekstual le-bih menekankan pada skenario pembelajarannya.
43
BAB IV
PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi
pembelajaran, me-tode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan,
menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai
tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk
men-capai tujuan pembelajaran tertentu.
Banyak metode pembelajaran yang dapat dipergunakan
dalam menyaji-kan pelajaran kepada siswa-siswa, seperti metode ceramah,
diskusi, tanya ja-wab, demonstrasi, penampilan, metode studi mandiri,
pembelajaran terpro-gram, latihan sesama temen, simulasi karyawisata, induksi,
deduksi, simulasi, studi kasus, pemecahan masalah, insiden, seminar, bermain
peran, proyek, praktikum dan lain-lain, masing metode ini memiliki kelebihan
dan kekurang-an.
Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana memilih
strategi pembela-jaran. Kadang-kadang dalam proses pembelajaran guru kaku
dengan memper-gunakan satu atau dua metode, dan menterjemahkan metode itu
secara sempit dan menerapkan metode di kelas dengan metode yang pernah ia baca,
metode pembelajaran merupakan cara untuk menyampaikan, menyajikan, memberi
latihan, dan memberi contoh pelajaran kepada siswa, dengan demikian meto-de
dapat di kembangkan dari pengalaman, seseorang guru yang berpengala-man dia
dapat menyuguhkan materi kepada siswa, dan siswa mudah menye-rapkan materi yang
disampaikan oleh guru secara sempurna dengan memper-gunakan metode yang
dikembangkan dengan dasar pengalamannya, metode-metode dapat dipergunakan
secara variatif, dalam arti kata kita tidak boleh monoton dalam suatu metode .
Dalam proses belajar mengajar guru dihadapkan untuk
memilih meto-de-metode dari sekian banyak metode yang telah ditemui oleh para
ahli sebe-lum ia menyampaikan materi pengajaran untuk mencapai tujuan
pembelajar-an.
44
B.
Dasar Pemilihan Strategi Pembelajaran
Beberapa
prinsip-prinsip yang mesti dilakukan oleh pengajar dalam me-milih strategi
pembelajaran secara tepat dan akurat, pertimbangan tersebut mesti berdasarkan
pada penetapan.
1.
Tujuan Pembelajaran
Penetapan tujuan
pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru da-lam memilih metode yang akan
digunakan di dalam menyajikan materi penga-jaran. Tujuan pembelajaran merupakan
sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki
siswa. Sasaran terse-but dapat terwujud dengan menggunakan metode-metode
pembelajaran. Tu-juan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau
keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan
proses pembelajar-an tertentu. Tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu
strategi yang harus digunakan guru. Misalnya, seorang guru Olahraga dan
Kesehatan menetapkan tujuan pembelajaran agar siswa dapat mendemontrasikan cara
menendang bola dengan baik dan benar. Dalam hal ini metode yang dapat membantu
sis-wa-siswa mencapai tujuan adalah metode ceramah, guru memberi instruksi,
petunjuk, aba-aba dan dilaksanakan di lapangan, kemudian metode demons-trasi,
siswa-siswa mendemonstrasikan cara menendang bola dengan baik dan benar,
selanjutnya dapat digunakan metode pembagian tugas, siswa-siswa ki-ta tugasi,
bagaimana menjadi keeper, kapten, gelandang, dan apa tugas mere-ka, dan
bagaimana mereka dapat bekerjasama dan menendang bola.
Dalam contoh ini,
terdapat kemampuan siswa pada tingkat kognitif dan psikomotorik. Demikian juga
diaplikasikan kemampuan Afektif, tentang ba-gaimana kemampuan mereka dalam
bekerjasama dalam bermain bola dari metode pemberian tugas yang diberikan guru
kepada setiap individu.
Dalam silabus telah
dirumuskan indikator hasil belajar atau hasil yang diperoleh siswa setelah
mereka mengikuti proses pembelajaran. Terdapat em-pat komponen pokok dalam
merumuskan indikator hasil belajar yaitu:
a.
Penentuan
subyek belajar untuk menunjukkan sasaran relajar.
b.
Kemampuan atau kompetensi yang dapat
diukur atau yang dapat ditam-pilkan melalui peformnce siswa.
c.
Keadaan
dan situasi dimana siswa dapat mendemonstrasikan performance-
45
nya
d. Standar kualitas dan kuantitas hasil
belajar.
Berdasarkan indikator dalam penentuan tujuan
pembelajaran maka da-pat dirumuskan tujuan pembelajaran mengandung unsur; Audience
(peserta didik), Behavior (perilaku yang harus dimiliki), Condition
(kondisi dan situ-asi) dan Degree (kualitas dan kuantítas hasil
belajar).
2. Aktivitas dan Pengetahuan Awal Siswa
Belajar merupakan berbuat, memperoleh pengalaman
tertentu sesuai de-ngan tujuan yang diharapkan. Karena itu strategi
pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan
hanya terbatas pada aktifitas fisik saja akan tetapi juga meliputi aktivitas
yang bersifat psikis atau aktivitas mental.
Pada awal atau sebelum
guru masuk ke kelas memberi materi pengajar-an kepada siswa, ada tugas guru
yang tidak boleh dilupakan adalah untuk me-ngetahui pengetahuan awal siswa.
Sewaktu memberi materi pengajaran kelak guru tidak kecewa dengan hasil yang
dicapai siswa, untuk mendapat pengeta-huan awal siswa guru dapat melakukan
pretes tertulis, tanya jawab di awal pelajaran. Dengan mengetahui pengetahuan
awal siswa, guru dapat menyusun strategi memilih metode pembelajaran yang tepat
pada siswa-siswa.
Apa metode yang akan kita pergunakan? Sangat
tergantung juga pada pengetahuan awal siswa, guru telah mengidentifikasi
pengetahuan awal. Pe-ngetahuan awal dapat berasal dari pokok bahasan yang akan
kita ajarkan, jika siswa tidak memiliki prinsip, konsep, dan fakta atau
memiliki pengalaman, maka kemungkinan besar mereka belum dapat dipergunakan metode
yang bersifat belajar mandiri, hanya metode yang dapat diterapkan ceramah,
demons-trasi, penampilan, latihan dengan teman, sumbang saran, pratikum,
bermain peran dan lain-lain. Sebaliknya jika siswa telah memahami prinsip,
konsep, dan fakta maka guru dapat mempergunakan metode diskusi, studi mandiri,
studi kasus, dan metode insiden, sifat metode ini lebih banyak analisis, dan
memecah masalah.
3. Integritas Bidang Studi/Pokok Bahasan
Mengajar merupakan usaha
mengembangkan seluruh pribadi siswa.
46
Mengajar
bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi ju-ga meliputi
pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotor. Karena itu strategi
pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadi-an secara
terintegritas. Pada sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah me-nengah,
program studi diatur dalam tiga kelompok. Pertama, program pendi-dikan umum.
Kedua, program pendidikan akademik. Ketiga, Program Pendi-dikan Agama, PKn, Penjas
dan Kesenian dikelompokkan ke dalam program pendidikan umum. Program pendidikan
akademik bidang studinya berkaitan dengan keterampilan. Karena itu metode yang
digunakan lebih berorientasi pada masing-masing ranah (kognitif, afektif, dan
psikomotorik) yang terdapat dalam pokok bahasan.
Umpamanya ranah psikomotorik lebih dominant dalam
pokok bahasan tersebut, maka metode demonstrasi yang dibutuhkan, siswa
berkesempatan mendemostrasikan materi secara bergiliran di dalam kelas atau di
lapangan. Dengan demikian metode yang kita pergunakan tidak terlepas dari
bentuk dan muatan materi dalam pokok bahasan yang disampaikan kepada siswa.
Dalam pengelolaan
pembelajaran terdapat beberapa prinsip yang harus diketahui di antaranya:
a. Interaktif
Proses pembelajaran merupakan proses interaksi baik
antara guru dan siswa, siswa dengan siswa atau antara siswa dengan
lingkungannya. Melalui proses interaksi memungkinkan kemampuan siswa akan
berkembang baik mental maupun intelektual.
b. Inspiratif
Proses pembelajaran merupakan proses yang
inspiratif, yang memung-kinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu.
Biarkan siswa berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya sndiri, sebab
pengetahuan pada dasar-nya bersifat subjektif yang bisa dimaknai oleh setiap
subjek belajar.
c. Menyenangkan
Proses pembelajaran merupakan proses yang
menyenangkan. Proses pembelajaran menyenangkan dapat dilakukan dengan menata
ruangan yang apik dan menarik dan pengelolaan pembelajaran yang hidup dan
bervariasi, yakni dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan
sum-ber-sumber belajar yang relevan.
47
d. Menantang
Proses pembelajaran merupakan proses yang menantang
siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak
secara maksimal. Kemampuan itu dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa
ingin tahu siswa melalui kegiatan mencobaoba, berpikir intuitif atau
ber-eksplorasi.
e. Motivasi
Motivasi merupakan aspek yang sangat penting untuk
membelajarkan siswa. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang
memungkinkan siswa untuk bertindak dan melakukan sesuatu. Seorang guru harus
dapat menunjuk-kan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan
siswa, dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya sekadar untuk memperoleh
nilai atau pujian akan tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi
kebutuhan-nya.
4. Alokasi Waktu dan Sarana Penunjang
Waktu yang tersedia dalam pemberian materi pelajaran
satu jam pelajar-an 45 menit, maka metode yang dipergunakan telah dirancang
sebelumnya, termasuk di dalamnya perangkat penunjang pembelajaran, perangkat
pembe-lajaran itu dapat dipergunakan oleh guru secara berulang-ulang, seperti
trans-paran, chart, video pembelajaran, film, dan sebagainya.
Metode pembelajaran disesuaikan dengan materi,
seperti Bidang Studi Biologi, metode yang akan diterapkan adalah metode
praktikum, bukan ber-arti metode lain tidak kita pergunakan, metode ceramah
sangat perlu yang waktunya dialokasi sekian menit untuk memberi petunjuk,
aba-aba, dan arah-an. Kemudian memungkinkan mempergunakan metode diskusi,
karena dari hasil praktikum siswa memerlukan diskusi kelompok untuk memecah masa-lah/problem
yang mereka hadapi.
5. Jumlah Siswa
Idealnya metode yang kita terapkan di dalam kelas
perlu mempertim-bangkan jumlah siswa yang hadir, rasio guru dan siswa agar
proses belajar mengajar efektif, ukuran kelas menentukan keberhasilan terutama
pengelola-an kelas dan penyampaian materi.
48
Para ahli pendidikan berpendapat bahwa mutu
pengajaran akan tercapai apabila mengurangi besarnya kelas, sebaliknya
pengelola pendidikan menga-takan bahwa kelas yang kecil-kecil cenderung
tingginya biaya pendidikan dan latihan. Kedua pendapat ini bertentangan,
manakala kita dihadapkan pa-da mutu, maka kita membutuhkan biaya yang sangat
besar, bila pendidikan mempertimbangkan biaya sering mutu pendidikan
terabaikan, apalagi saat ini kondisi masyarakat Indonesia mengalami krisis
ekonomi yang berkepanjang-an.
Pada sekolah dasar umumnya mereka menerima siswa
maksimal 40 orang, dan sekolah lanjutan maksimal 30 orang. Kebanyakan ahli
pendidikan berpendapat idealnya satu kelas pada sekolah dasar dan sekolah
lanjutan 24 orang
Ukuran kelas besar dan jumlah siswa yang banyak,
metode ceramah le-bih efektif, akan tetapi yang perlu kita ingat metode ceramah
memiliki banyak kelemahan dibandingkan metode lainnya, terutama dalam
pengukuran keber-hasilan siswa. Disamping metode ceramah guru dapat
melaksanakan tanya jawab, dan diskusi. Kelas yang kecil dapat diterapkan metode
tutorial karena pemberian umpan balik dapat cepat dilakukan, dan perhatian
terhadap kebu-tuhan individual lebih dapat dipenuhi.
6. Pengalaman dan Kewibawaan Pengajar
Guru yang baik adalah guru yang berpengalaman,
pribahasa mengata-kan ”Pengalaman adalah guru yang baik”, hal ini diakui di
lembaga pendidik-an, kriteria guru berpengalaman, dia telah mengajar selama
lebih kurang 10 tahun, maka sekarang bagi calon kepala sekolah boleh mengajukan
permoho-nan menjadi kepala sekolah bila telah mengajar minimal 5 tahun. Dengan
de-mikian guru harus memahami seluk-beluk persekolahan. Strata pendidikan bukan
menjadi jaminan utama dalam keberhasilan belajar akan tetapi penga-laman yang
menentukan, umpamanya guru peka terhadap masalah, meme-cahkan masalah, memilih
metode yang tepat, merumuskan tujuan instruksi-onal, memotivasi siswa,
mengelola siswa, mendapat umpan balik dalam pro-ses belajar mengajar. Jabatan
guru adalah jabatan profesi, membutuhkan pe-ngalaman yang panjang sehingga
kelak menjadi profesional, akan tetapi pro-fesional guru belum terakui seperti
profesional lainnya terutama dalam upah
49
(payment),
pengakuan (recognize). Sementara guru diminta memiliki penge-tahuan
menambah pengetahuan (knowledge esspecialy dan skill) pelayanan (service)
tanggung jawab (responsbility)dan persatuan (unity) (Glend
Langford, 1978). Disamping berpengalaman, guru harus berwibawa.
Kewibawaan me-rupakan syarat mutlak yang bersifat abstrak bagi guru karena guru
harus ber-hadapan dan mengelola siswa yang berbeda latar belakang akademik dan
so-sial, guru merupakan sosok tokoh yang disegani bukan ditakuti oleh anak-anak
didiknya. Kewibawaan ada pada orang dewasa, ia tumbuh berkembang mengikuti
kedewasaan, ia perlu dijaga dan dirawat, kewibawaan mudah lun-tur oleh
perbuatan-perbuatan yang tercela pada diri sendiri masing-masing. Jabatan guru
adalah jabatan profesi terhomat, tempat orang-orang bertanya, berkonsultasi,
meminta pendapat, menjadi suri tauladan dan sebagainya, ia mengayomi semua
lapisan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan
Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito
Ibrahim R, Syaodih S Nana. 2003. Perencanaan
Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Joyce Bruce. Et al. 2000. Models of Teaching.
6th
Ed. Allyn & Bacon: London Nasution. S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam
Proses Belajar dan Menga-
jar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran.
Jakarta: Media Prenada Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam
Proses Belajar Menga-
jar. Bandung: Sinar
Baru.
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran.
Jakarta: Bumi Aksara. Yamin, Martinis. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis
Kompetensi. Jakarta:
Gaung Persada Press.
50
Lampiran 1.
Lembaran Tugas
1.
Jelaskan pengertian strategi
pembelajaran yang Saudara ketahui! Menga-pa strategi pembelajaran itu sangat
diperlukan dalam proses belajar me-ngajar berdasarkan pengalaman yang Saudara
miliki?
2.
Jelaskan perbedaan antara pendekatan,
strategi, metode, dan teknik pem-belajaran
Istilah
Pembelajaran
|
Pengertian
|
Contoh
|
|
|
|
Pendekatan
pembe-
|
|
|
lajaran
|
|
|
|
|
|
Strategi
Pembelajar-
|
|
|
an
|
|
|
|
|
|
Metode
Pembelajar-
|
|
|
an
|
|
|
|
|
|
Teknik
pembelajaran
|
|
|
|
|
|
3. Jelaskan
kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran yang Sau-dara ketahui!
Metode
pembelajar-
|
Kelebihan
|
Kekurangan
|
an
|
|
|
|
|
|
Ceramah
|
|
|
|
|
|
Diskusi
|
|
|
|
|
|
Simulasi
|
|
|
|
|
|
Tugas dan
Resitasi
|
|
|
|
|
|
Tanya Jawab
|
|
|
|
|
|
Kerja Kelompok
|
|
|
|
|
|
Problem
Solving
|
|
|
|
|
|
Karyawisata
|
|
|
|
|
|
Demonstrasi
|
|
|
|
|
|
51
4.
Sebutkan jenis-jenis strategi
pembelajaran dan jelaskan langkah-langkah-nya!
Strategi
Pembe-
|
Pengertian
|
Langkah-lang-
|
Contoh
|
lajaran
|
|
kah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
Prinsip-prinsip apa saja yang harus
diperhatikan dalam memilih strategi pembelajaran, jelaskan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar