Kamis, 17 November 2011

ulumul qur'an


BAB I
PENDAHULUAN

Al-Qur’an turun kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam secara berangsur-angsur dalam jangka waktu dua puluh tiga tahun dan sebagian besar diterima oleh Rasul shallallaahu ‘alaihi wa sallam di Mekah. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
$ZR#uäöè%ur çm»oYø%tsù ¼çnr&tø)tGÏ9 n?tã Ĩ$¨Z9$# 4n?tã ;]õ3ãB çm»oYø9¨tRur WxƒÍ\s?
“Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan secara berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (QS. Al-Israa’: 106)
Oleh karena itu, para ulama rahimahumullaahu membagi Al-Qur’an menjadi dua:
1.      Al-Makiyah: ayat yang diturunkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebelum hijrah ke Madinah.
2.      Al-Madaniyah: ayat yang diturunkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam setelah hijrah ke Madinah.
Berdasarkan hal tersebut maka firman Allah ‘Azza wa Jalla:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيْنًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam sebagai agama bagimu.” (Al-Maa’idah: 3), termasuk ayat Madaniyah walaupun turun kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pada haji wada’ di Arafah.
Disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari dari ‘Umar radhiyallaahu ‘anhu bahwa dia berkata: Sungguh kami mengetahui hari dan tempat turunnya ayat tersebut kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yaitu saat beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam berada di Arafah pada hari Jum’at

 

BAB II

PEMBAHASAN

AYAT-AYAT MAKIYAH DAN MADANIYAH

 

Al-qur’an yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammmad SAW selama 22 Tahun 2 Bulan dan 22 Hari itu terbagi dalam dua priode, yaitu : periode Mekkah dan Madinah.

 Periode Mekkah dimulai dengan turunnya Wahyu pertama, yaitu Ayat 1-5 Surat Al-Alaq, sampai Hijrah ke Yastrib. Lamanya 12 Tahun 5 Bulan dan 13 Hari, mulai 17 Ramadhan Tahun 41 dari kelahiran Nabi SAW sampai Rabi’ul Awal Tahun 54 dari kelahiran Nabi SAW. Ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan pada pride Mekkah ini disebut ayat-ayat Makiyah.

Ciri-ciri yang menjadi Ayat Makiyah ada beberapa macam, antara lain:

1.    Ayatnya pendek-pendek, gaya bahasanya bersajak, nada kalimatnya keras, dan banyak memakai lafadz  berbentuk sumpah.

2.    Ayat-ayat makiyah pada umumnya menarangkan tentang Ketauhidan, Akidah, soal kepercayaan, Ikhwal mengenai azab, siksa dan nikmat di hari kemudian serta masalah-masalah kebaikan.

3.    Pada umumnya ayat Makiyah itu ditujukan pada umat manusia secara umum, seruanya dimulai dengan kata :

$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Y9$#

“Hai manusia”.

Periode Madinah dimulai dari Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah sampai turunya Wahyu yang terakhir. Lamanya 9 Tahun 9 Bulan dan 9 Hari,mulai dari permulaan Rabi’ul Awal Tahun 54 kelahiran Nabi Muhammad SAW sampai 9 Dzul-Hijjah Tahun 63 dari kelahiran Nabi Saw atau Tahun 10 Hijriyah.

`Ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan sesudah Hijrah, atu dalam pride Madinah disebut Madaniyah.

Ciri-ciri yang menandai ayat-ayat Madaniyah itu adalah :

1.    Ayat-ayatnya panjang-panjang, gaya bahasa dalam dan tinggi.

2.    Ayat-ayat Madaniyah pada umumnya berisi tentang hukum (Agama dan Pemerintahan) yang mengatur pembinaan hidup seseorang, rumah tangga, berkeluarga, bermasyarakat, dan berpemerintah.

3.    Pada umumnya ayat-ayat Madaniyah lebih ditujukan kepada orang-orang yang telah beriman (Mu;min), ayat-ayatnya dimulai dengan seruan :

$ygƒr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä |

“Hai orang-orang yang beriman”[1]

A.      PERBEDAAN SURAT MAKIYAH DAN MADANIYAH
1.      Memperhatikan mukhaatab (lawan bicara)
Yang dinamakan makiyah ialah bila yang dilawan bicara rasul ialah orang mekkah ia memuat :

$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Y9$#

bila yang dilawan bicara ialah orang madinah, maka ia dinamakan madaniy. Ia memuat :

$ygƒr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä |

tapi ketentuan ini tidak berlaku selama-lamanya karena dalam surat albaqarah dan anisaak, ternyata keduanya madaniyah. Pada keduanya terdapat : ya iayuhannas
2.      Memperhatikan masa turunnya
Ayat makiyah ialah ayat yang diturunkan sebelum hijrah, walaupun tidak dimekah. Ayat madaniyah ialah yang diturunkan sesudah hijrah, walaupun dimekkah atau diarafah ia dinamakana madaniyah. Umpamya yang diturunkan pada waktu futuh mekkah atau pada rasul melakukan haji wadaa’.[2]
B.       BEBERAPA FAEDAH MENGETAHUI SURAT MADANIYAH DAN MAKIYAH
Mengetahui surat Madaniyah dan Makiyah merupakan salah satu bidang ilmu Al-Qur’an yang penting karena di dalamnya terdapat beberapa manfaat, diantaranya :
-       Bukti ketinggian bahasa Al-Qur’an. Di dalam Al-Qur’an ALLAH Ta’ala mengajak bicara setiap kaum sesuai keadaan mereka baik dengan penyampaian yang keras maupun lembut.
-       Tampaknya hikmah pembuatan syariat ini. Hal tersebut sangat nyata dimana Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur dan bertahap sesuai keadaan umat pada masa itu dan kesiapan mereka di dalam menerima dan melaksanakan syari’at yang diturunkan.
-       Pendidikan terhadap para da’i di jalan ALLAH azza wa jalla dan pengarahan bagi mereka agar mengikuti metode Al-Quran dalam tata cara penyampaian dan pemilihan tema yakni memulai dari perkara yang paling penting serta menggunakan kekerasan dan kelembutan sesuai tempatnya.
-       Pembeda antara nasikh (hukum yang menghapus) dengan mansukh (hukum yang dihapus). Seandainya terdapat dua ayat yaitu Madaniyah dan Makiyah yang keduanya memenuhi syarat-syarat nasikh (penghapusan) maka ayat Madaniyah tersebut menjadi nasikh (hukum yang menghapus) bagi ayat Makiyah karena ayat Madaniyah datang belakangan setelah ayat Makiyah.[3]
C.       MANFAAT MENGETAHUI PEMBAGIAN MAKKIYAH DAN MADANIYAH

Pengetahuan tentang Makkiyah dan Madaniyah adalah bagian dari ilmu-ilmu Al-Qur’an yang sangat penting. Hal itu karena pada pengetahuan tersebut memiliki beberapa manfaat, di antaranya.
1.    Nampak jelas sastra Al-Qur’an pada puncak keindahannya, yaitu ketika setiap kaum diajak berdialog yang sesuai dengan keadaan obyek yang didakwahi ; dari ketegasan, kelugasan, kelunakan dan kemudahan.
2.    Nampak jelas puncak tertinggi dari hikmah pensyariatan diturunkannya secara berangsur-angsur sesuai dengan prioritas terpenting kondisi obyek yang di dakwahi serta kesiapan mereka dalam menerima dan taat.
3.    Pendidikan dan pengajaran bagi para muballigh serta pengarahan mereka untuk mengikuti kandungan dan konteks Al-Qur’an dalam berdakwah, yaitu dengan mendahulukan yang terpenting di antara yang penting serta menggunakan ketegasan dan kelunakan pada tempatnya masing-masing[4]
4.    Membedakan antara nasikh dan mansukh ketika terdapat dua buah ayat Makkiyah dan Madaniyah, maka lengkaplah syarat-syarat nasakh karena ayat Madaniyah adalah sebagai nasikh (penghapus) ayat Makkiyah disebabkan ayat Madaniyah turun setelah ayat Makkiyah.[5]























BAB III
KESIMPULAN

Al-Makiyah: ayat yang diturunkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebelum hijrah ke Madinah, Al-Madaniyah: ayat yang diturunkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam setelah hijrah ke Madinah.

Priode Madinah dimulai dari Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah sampai turunya Wahyu yang terakhir. Lamanya 9 Tahun 9 Bulan dan 9 Hari,mulai dari permulaan Rabi’ul Awal Tahun 54 kelahiran Nabi Muhammad SAW sampai 9 Dzul-Hijjah Tahun 63 dari kelahiran Nabi Saw atau Tahun 10 Hijriyah.

Priode Madinah dimulai dari Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah sampai turunya Wahyu yang terakhir. Lamanya 9 Tahun 9 Bulan dan 9 Hari,mulai dari permulaan Rabi’ul Awal Tahun 54 kelahiran Nabi Muhammad SAW sampai 9 Dzul-Hijjah Tahun 63 dari kelahiran Nabi Saw atau Tahun 10 Hijriyah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Departemen Agama, 1967, Qur’an –Hadits, Jakarta
Masyhur Kahar  , 1992, Pokok Ulumul Qur’an, Jakarta : PT Rineka Cipta
Diriwayatkan oleh Bukhari, Kitab Al-Iman, Bab ; Ziyaadatul Iman Wa Nuqshaanuhu (Bertambah dan berkurangnya keimanan), hadits nomor 45, Muslim, Kitab At-Tafsir, Bab Fii Tafsiri Aayaatin Mutafarriqah, hadits nomor 3015



[1] Departemen Agama, Qur’an –Hadits, (Jakarta : 1967) Cet. 4, h. 25
[2] Kahar  Masyhur, Pokok Ulumul Qur’an, (Jakarta : PT Rineka Cipta,1992),Cet 1, h. 77
[5] Diriwayatkan oleh Bukhari, Kitab Al-Iman, Bab ; Ziyaadatul Iman Wa Nuqshaanuhu (Bertambah dan berkurangnya keimanan), hadits nomor 45, Muslim, Kitab At-Tafsir, Bab Fii Tafsiri Aayaatin Mutafarriqah, hadits nomor 3015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar