BAB
I
PENDAHULUAN
Tugas pengawas satuan pendidikan
tidak hanya melakukan supervisi manajerial kepala sekolah, namun juga membina
guru melalui supervisi aka-demik. Dalam pembinaan guru tentu harus mengacu pada
kompetensi guru, terutama kompetensi profesional berkaitan dengan proses
pembelajaran. Se-jalan dengan perkembangan teknologi serta teori-teori
pembelajaran, maka guru pun dituntut mampu menguasai dan memilih strategi
pembelajaran yang tepat, sehingga menjadikan siswa aktif, kreatif, dan belajar
dalam suasana se-nang serta efektif
Menghadapi tugas tersebut pengawas
tentu harus menguasai strategi/ metode/ teknik pembelajaran/bimbingan yang up
to date. Bila pengetahuan pengawas sudah ketinggalan, apa lagi hanya
mengandalkan pengalaman tan-pa didukung teori-teori, maka pengawas tidak akan
mandapatkan respek dari para guru yang dibinanya. Paling tidak, untuk jenjang
pendidikan dasar pe-ngawas harus memahami garis besar strategi pembelajaran
mata pelajaran utama antara lain: matematika, IPA, IPS, bahasa Indonesia, dan
bahasa Ing-gris.
Reigeluth,
Bunderson dan Meril (1977) menyatakan strategi mengorga-nisasi isi pelajaran
disebut sebagai struktural strategi, yang mengacu pada ca-ra untuk membuat
urutan dan mensintesis fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan.
Strategi
pengorganisasian, lebih lanjut dibedakan menjadi dua jenis, ya-itu strategi
mikro dan strategi makro. Startegi mikro mengacu kepada metode untuk
pengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep, atau prosedur
atau prinsip. Strategi makro mengacu kepada metode untuk mengor-ganisasi isi
pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau prose-dur atau
prinsip.
BAB
II
HAKIKAT
STRATEGI PEMBELAJARAN
A. Pengertian
Strategi Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan bagian
dari strategi pembelajaran, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk
menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk
mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai
digunakan untuk men-capai tujuan pembelajaran tertentu.
Banyak metode pembelajaran yang
dapat dipergunakan dalam menyaji-kan pelajaran kepada siswa-siswa, seperti
metode ceramah, diskusi, tanya ja-wab, demonstrasi, penampilan, metode studi
mandiri, pembelajaran terpro-gram, latihan sesama temen, simulasi karyawisata,
induksi, deduksi, simulasi, studi kasus, pemecahan masalah, insiden, seminar,
bermain peran, proyek, praktikum dan lain-lain, masing metode ini memiliki
kelebihan dan kekurang-an.
Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana
memilih strategi pembela-jaran. Kadang-kadang dalam proses pembelajaran guru
kaku dengan memper-gunakan satu atau dua metode, dan menterjemahkan metode itu
secara sempit dan menerapkan metode di kelas dengan metode yang pernah ia baca,
metode pembelajaran merupakan cara untuk menyampaikan, menyajikan, memberi
latihan, dan memberi contoh pelajaran kepada siswa, dengan demikian meto-de
dapat di kembangkan dari pengalaman, seseorang guru yang berpengala-man dia
dapat menyuguhkan materi kepada siswa, dan siswa mudah menye-rapkan materi yang
disampaikan oleh guru secara sempurna dengan memper-gunakan metode yang
dikembangkan dengan dasar pengalamannya, metode-metode dapat dipergunakan
secara variatif, dalam arti kata kita tidak boleh monoton dalam suatu metode .
Dalam proses belajar mengajar guru
dihadapkan untuk memilih meto-de-metode dari sekian banyak metode yang telah
ditemui oleh para ahli sebe-lum ia menyampaikan materi pengajaran untuk
mencapai tujuan pembelajara.
B. Dasar
Pemilihan Strategi Pembelajaran
Beberapa prinsip-prinsip yang mesti
dilakukan oleh pengajar dalam me-milih strategi pembelajaran secara tepat dan
akurat, pertimbangan tersebut mesti berdasarkan pada penetapan.
1. Tujuan
Pembelajaran
Penetapan tujuan pembelajaran
merupakan syarat mutlak bagi guru da-lam memilih metode yang akan digunakan di
dalam menyajikan materi penga-jaran. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang
hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki
siswa. Sasaran terse-but dapat terwujud dengan menggunakan metode-metode
pembelajaran. Tu-juan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau
keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan
proses pembelajar-an tertentu. Tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu
strategi yang harus digunakan guru. Misalnya, seorang guru Olahraga dan
Kesehatan menetapkan tujuan pembelajaran agar siswa dapat mendemontrasikan cara
menendang bola dengan baik dan benar. Dalam hal ini metode yang dapat membantu
sis-wa-siswa mencapai tujuan adalah metode ceramah, guru memberi instruksi,
petunjuk, aba-aba dan dilaksanakan di lapangan, kemudian metode demons-trasi,
siswa-siswa mendemonstrasikan cara menendang bola dengan baik dan benar,
selanjutnya dapat digunakan metode pembagian tugas, siswa-siswa ki-ta tugasi,
bagaimana menjadi keeper, kapten, gelandang, dan apa tugas mere-ka, dan
bagaimana mereka dapat bekerjasama dan menendang bola.
Dalam contoh ini, terdapat
kemampuan siswa pada tingkat kognitif dan psikomotorik. Demikian juga
diaplikasikan kemampuan Afektif, tentang ba-gaimana kemampuan mereka dalam
bekerjasama dalam bermain bola dari metode pemberian tugas yang diberikan guru
kepada setiap individu.
Dalam silabus telah dirumuskan
indikator hasil belajar atau hasil yang diperoleh siswa setelah mereka
mengikuti proses pembelajaran. Terdapat em-pat komponen pokok dalam merumuskan
indikator hasil belajar yaitu:
a.
Penentuan subyek
belajar untuk menunjukkan sasaran relajar.
b.
Kemampuan atau
kompetensi yang dapat diukur atau yang dapat ditampilkan melalui peformnce
siswa.
c.
Keadaan dan situasi
dimana siswa dapat mendemonstrasikan performance nya
d. Standar kualitas dan
kuantitas hasil belajar.
Berdasarkan indikator dalam
penentuan tujuan pembelajaran maka da-pat dirumuskan tujuan pembelajaran
mengandung unsur; Audience (peserta didik), Behavior (perilaku
yang harus dimiliki), Condition (kondisi dan situ-asi) dan Degree
(kualitas dan kuantítas hasil belajar).
2. Aktivitas
dan Pengetahuan Awal Siswa
Belajar merupakan berbuat,
memperoleh pengalaman tertentu sesuai de-ngan tujuan yang diharapkan. Karena
itu strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas
tidak dimaksudkan hanya terbatas pada aktifitas fisik saja akan tetapi juga
meliputi aktivitas yang bersifat psikis atau aktivitas mental.
Pada awal atau sebelum guru masuk
ke kelas memberi materi pengajar-an kepada siswa, ada tugas guru yang tidak
boleh dilupakan adalah untuk me-ngetahui pengetahuan awal siswa. Sewaktu
memberi materi pengajaran kelak guru tidak kecewa dengan hasil yang dicapai
siswa, untuk mendapat pengeta-huan awal siswa guru dapat melakukan pretes
tertulis, tanya jawab di awal pelajaran. Dengan mengetahui pengetahuan awal
siswa, guru dapat menyusun strategi memilih metode pembelajaran yang tepat pada
siswa-siswa.
Apa metode yang akan kita
pergunakan Sangat tergantung juga pada pengetahuan awal siswa, guru telah
mengidentifikasi pengetahuan awal. Pe-ngetahuan awal dapat berasal dari pokok
bahasan yang akan kita ajarkan, jika siswa tidak memiliki prinsip, konsep, dan
fakta atau memiliki pengalaman, maka kemungkinan besar mereka belum dapat
dipergunakan metode yang bersifat belajar mandiri, hanya metode yang dapat
diterapkan ceramah, demons-trasi, penampilan, latihan dengan teman, sumbang
saran, pratikum, bermain peran dan lain-lain. Sebaliknya jika siswa telah
memahami prinsip, konsep, dan fakta maka guru dapat mempergunakan metode
diskusi, studi mandiri, studi kasus, dan metode insiden, sifat metode ini lebih
banyak analisis, dan memecah masalah.
Kompetensi
Supervisi Akademik merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh
para pengawas satuan pendidikan. Kompetensi ini berke-naan dengan kemampuan
pengawas dalam rangka pembinaan dan pengem-bangan kemampuan guru untuk
meningkatkan mutu pembelajaran dan bim-bingan di sekolah/satuan pendidikan.
Secara spesifik pengawas satuan pendi-dikan harus memiliki kemampuan untuk
membantu guru dalam mengembang-kan strategi pembelajaran, serta dapat memilih
strategi yang tepat dalam ke-giatan pembelajaran.
Strategi merupakan usaha untuk
memperoleh kesuksesan dan keberha-silan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia
pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of
activities designed to achieves a particular educational goal (J. R.
David, 1976). Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan
yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan
(rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pe-manfaatan berbagai
sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang di-susun untuk mencapai
tujuan tertenu. Dalam hal ini adalah tujuan pembela-jaran.
Pada mulanya istilah strategi
banyak digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan
seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Sekarang, istilah
strategi banyak digunakan dalam ber-bagai bidang kegiatan yang bertujuan
memperoleh kesuksesan atau keberha-silan dalam mencapai tujuan. Misalnya
seorang manajer atau pimpinan perusahaan yang menginginkan keuntungan dan
kesuksesan yang besar akan menerapkan suatu strategi dalam mencapai tujuannya
itu, seorang pelatih akan tim basket akan menentukan strategi yang dianggap
tepat untuk dapat memenangkan suatu pertandingan. Begitu juga seorang guru yang
mengharapkan hasil baik dalam proses pembelajaran juga akan menerapkan suatu
strategi agar hasil belajar siswanya mendapat prestasi yang terbaik.
Strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efek-tif dan efisien. Kemp (1995). Dilain
pihak Dick & Carey (1985) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah
suatu set materi dan prosedur pembela-jaran yang digunakan secara bersama-sama
untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
Strategi pembelajaran merupakan hal
yang perlu di perhatikan oleh se-orang instruktur, guru, widyaiswara dalam
proses pembelajaran. Paling tidak ada 3 jenis strategi yang berkaitan dengan
pembelajaran, yakni: (a) strategi pengorganisasian pembelajaran, (b) strategi
penyampaian pembelajaran, dan (c) strategi pengelolaan pembelajaran.
1.
Strategi
Pengorganisasian Pembelajaran
Reigeluth, Bunderson dan Meril
(1977) menyatakan strategi mengorga-nisasi isi pelajaran disebut sebagai
struktural strategi, yang mengacu pada ca-ra untuk membuat urutan dan
mensintesis fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan.
Strategi pengorganisasian, lebih
lanjut dibedakan menjadi dua jenis, ya-itu strategi mikro dan strategi makro.
Startegi mikro mengacu kepada metode untuk pengorganisasian isi pembelajaran
yang berkisar pada satu konsep, atau prosedur atau prinsip. Strategi makro
mengacu kepada metode untuk mengor-ganisasi isi pembelajaran yang melibatkan
lebih dari satu konsep atau prose-dur atau prinsip.
Strategi makro berurusan dengan
bagaimana memilih, menata urusan, membuat sintesis dan rangkuman isi
pembelajaran yang saling berkaitan. Pe-milihan isi berdasarkan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, mengacu pa-da penentapan konsep apa yang
diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Pena-taan urutan isi mengacu pada
keputusan untuk menata dengan urutan tertentu konsep yang akan diajarkan.
Pembuatan sintesis diantara konsep prosedur atau prinsip. Pembauatn rangkuman
mengacu kepada keputusan tentang ba-gaimana cara melakukan tinjauan ulang
konsepnserta kaitan yang sudah dia-jarkan.
2.
Strategi Penyampaian
Pembelajaran.
Strategi
penyampaian isi pembelajaran merupkan komponen variabel metode untuk
melaksanakan proses pembelajaran. Fungsi strategi penyam-paian pembelajaran
adalah: (1) menyampaikan isi pembelajaran kepada pebe-lajar, dan (2)
menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan pe-belajar untuk
menampilkan unjuk kerja.
3.
Strategi Pengelolaan
Pembelajaran
Strategi pengelolaan pembelajaran
merupakan komponen variabel me-tode yang berurusan dengan bagaimana menata
interaksi antara pebelajar de-ngan variabel metode pembelajaran lainnya.
Strategi ini berkaitan dengan pe-ngambilan keputusan tentang strategi
pengorganisasian dan strategi penyam-paian mana yang digunakan selama proses
pembelajaran. Paling tidak, ada 3 (tiga) klasifikasi penting variabel strategi
pengelolaan, yaitu penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, dan
motivasi.
C.
Beberapa Istilah dalam
Strategi Pembelajaran
Beberapa istilah yang hampir sama
dengan strategi yaitu metode, pen-dekatan, teknik atau taktik dalam
pembelajaran.
1.
Metode
Metode merupakan upaya untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan
yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi menunjuk pada sebuah
perencanaan untuk mencapai se-suatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat
digunakan untuk melaksa-nakan strategi. Dengan demikian suatu strategi dapat dilaksanakan
dengan berbagai metode.
2.
Pendekatan (Approach)
Pendekatan (approach)
merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.
Strategi dan metode pembelajaran yang digu-nakan dapat bersumber atau
tergantung dari pendekatan tertentu. Roy Killen (1998) misalnya, mencatat ada
dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred
approaches) dan pen-dekatan yang berpusat pada siswa (student-centred
approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi
pembelajaran langsung (direcinstruction), pembelajaran deduktif atau
pembelajaran ekspositori. Sedang-kan, pendekatan pembelajaran yang berpusat
pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta
strategi pembelajaran induktif.
3.
Teknik
Teknik adalah cara yang dilakukan
seseorang dalam rangka mengimple-mentasikan suatu metode. Misalnya, cara yang
harus dilakukan agar metode ceramah berjalan efektif dan efisien. Dengan
demikian, sebelum seseorang melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan
kondisi dan situasi. Misalnya, berceramah pada siang hari setelah makan siang
dengan jumlah siswa yang banyak tentu saja akan berbeda jika ceramah itu
dilakukan pada pagi hari dengan jumlah siswa yang terbatas.
4.
Taktik
Taktik adalah gaya seseorang dalam
melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Taktik sifatnya lebih
individual, walaupun dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah dalam
situasi dan kondisi yang sama, sudah pasti mereka akan melakukannya secara
berbeda, misalnya dalam tak-tik menggunakan ilustrasi atau menggunakan gaya
bahasa agar materi yang disampaikan mudah dipahami.
Dari penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa suatu strategi pembela-jaran yang diterapkan guru akan
tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan
strategi itu dapat ditetapkan berbagai me-tode pembelajaran. Dalam upaya
menjalankan metode pembelajaran guru da-pat menentukan teknik yang dianggapnya
relevan dengan metode, dan peng-gunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik
yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain.
D.
Konsep Dasar Strategi
Pembelajaran
Konsep dasar strategi belajar
mengajar ini meliputi hal-hal: (1) menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
perubahan perilaku pebelajar; (2) menentukan pilihan berkenaan dengan
pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, memilih prosedur, metode dan
teknik belajar mengajar; dan (3) norma dan kriteria keberhasilan kegiatan
belajar mengajar. Strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar
haluan untuk bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Dikaitkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola
umum kegiatan guru, murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Me-nurut Newman dan Mogan strategi dasar
setiap usaha meliputi empat masa-lah masing-masing adalah sebagai berikut.
1.
Pengidentifikasian dan
penetapan spesifiakasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi
sasaran usaha tersebut dengan mempertimbang-kan aspirasi masyarakat yang
memerlukannya.
2.
Pertimbangan dan
pemilihan pendekatan utama yang ampuh untuk men-capai sasaran.
3.
Pertimbangan dan
penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai akhir.
4.
Pertimbangan dan
penetapan tolok ukur dan ukuran baku yang akan digu-nakan untuk menilai
keberhasilan usaha yang dilakukan.
Kalau diterapkan dalam konteks
pembelajaran, keempat strategi dasar tersebut bisa diterjemahkan menjadi: (1)
mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah
laku kepribadian peserta didik yang diharapkan; (2) memilih sistem pendekatan
belajar mengajar berdasar-kan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat; (3)
memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap
paling tepat, efektif, sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para guru dalam
menunaikan kegiatan mengajarnya; dan (4) menetapkan norma-norma dan batas
minimal keberhasilan atau kriteria dan standar keberhasilan sehingga dapat
dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar
menga-jar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem
instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Dari uraian di atas tergambar bahwa
ada empat masalah pokok yang sa-ngat penting yang dapat dan harus dijadikan
pedoman dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar supaya sesuai dengan yang
diharapkan.
Pertama, spesifikasi dan
kualifikasi perubahan tingkah laku yang diingin-kan sebagai hasil belajar
mengajar yang dilakukan. Dengan kata lain apa yang harus dijadikan sasaran dari
kegiatan belajar mengajar tersebut. Sasaran ini harus dirumuskan secara jelas
dan konkrit sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. Perubahan perilaku dan
kepribadian yang kita inginkan terjadi se-telah siswa mengikuti suatu kegiatan
belajar mengajar itu harus jelas, misal-nya dari tidak bisa membaca berubah
menjadi dapat membaca. Suatu kegiat-an belajar mengajar tanpa sasaran yang
jelas, berarti kegiatan tersebut dilaku-kan tanpa arah atau tujuan yang pasti.
Lebih jauh suatu usaha atau kegiatan yang tidak punya arah atau tujuan pasti,
dapat menyebabkan terjadinya penyim-pangan-penyimpangan dan tidak tercapainya
hasil yang diharapkan.
Kedua, memilih cara pendekatan
belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran.
Bagaimana cara kita memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa
yang kita gunakan dalam memecahkan suatu kasus akan mempengaruhi hasilnya.
Suatu masalah yang dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan berbeda, akan
menghasilkan ke-simpulan-kesimpulan yang tidak sama. Norma-norma sosial seperti
baik, be-nar, adil, dan sebagainya akan melahirkan kesimpulan yang berbeda
bahkan mungkin bertentangan kalau dalam cara pendekatannya menggunakan
berba-gai disiplin ilmu. Pengertian-pengertian, konsep, dan teori ekonomi
tentang baik, benar, atau adil, tidak sama dengan baik, benar atau adil menurut
penger-tian konsep dan teori antropologi. Juga akan tidak sama apa yang
dikatakan baik, benar atau adil kalau kita menggunakan pendekatan agama karena
pe-ngertian, konsep, dan teori agama mengenai baik, benar atau adil itu jelas
ber-beda dengan konsep ekonomi maupun antropologi. Begitu juga halnya dengan
cara pendekatan terhadap kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran.
Ketiga, memilih dan menetapkan
prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan
efektif. Metode atau teknik penyajian untuk memotivasi siswa agar mampu
menerapkan pengetahuan dan penga-lamannya untuk memecahkan masalah, berbeda
dengan cara atau supaya mu-rid-murid terdorong dan mampu berfikir bebas dan
cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Perlu dipahami bahwa
suatu metode mungkin hanya cocok dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi
dengan sasaran yang berbeda hendaknya jangan menggunakan teknik penyajian yang
sama.
Kempat, menetapkan norma-norma atau
kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan
ukuran untuk menilai sam-pai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya.
Suatu program baru bisa diketahui keberhasilannya setelah dilakukan evaluasi.
Sistem penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi
yang tidak bisa dipisahkan dengan strategi dasar lain. Apa yang harus dinilai
dan bagaimana penilaian itu harus dilakukan termasuk kemampuan yang harus
dimiliki oleh guru. Seorang siswa dapat dikategorikan sebagai murid yang
berhasil bisa dilihat dari berbagai segi. Bisa dilihat dari segi kerajinannya
mengikuti tatap muka dengan guru, perilaku sehari-hari di sekolah, hasil
ulangan, hubungan sosial, kepemimpinan, prestasi olah raga, keterampilan dan
sebagainya atau dilihat dan berbagai aspek.
Keempat dasar strategi tersebut
merupakan satu kesatuan yang utuh antara dasar yang satu dengan dasar yang lain
saling menopang dan tidak bisa dipisahkan.
E.
Sasaran Kegiatan
Belajar Mengajar
Setiap kegiatan belajar mengajar
mempunyai sasaran atau tujuan. Tuju-an itu bertahap dan berjenjang, mulai dari
yang sangat operasional dan konkret yakni tujuan pembelajaran khusus, tujuan
pembelajaran umum, tujuan kuri-kuler, tujuan nasional, sampai pada tujuan yang
bersifat universal. Persepsi guru atau persepsi anak didik mengenai sasaran
akhir kegiatan belajar menga-jar akan mempengaruhi persepsi mereka terhadap sasaran
antara serta sasaran kegiatan. Sasaran itu harus diterjemahkan ke dalam
ciri-ciri perilaku kepriba-dian yang didambakan.
Belajar mengajar sebagai suatu
sistem instruksional mengacu kepada pengertian sebagai seperangkat komponen
yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Sebagai suatu
sistem belajar mengajar meliputi sejumlah komponen antara lain tujuan
pelajaran, bahan ajar, siswa yang me-nerima pelayanan belajar, guru, metode dan
pendekatan, situasi, dan evaluasi kemajuan belajar. Agar tujuan itu dapat
tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan dengan baik sehingga
sesama komponen itu terjadi ker-jasama.
Secara khusus dalam proses belajar
mengajar guru berperan sebagai pe-ngajar, pembimbing, perantara sekolah dengan
masyarakat, administrator dan lain-lain. Untuk itu wajar bila guru memahami
dengan segenap aspek pribadi anak didik seperti: (1) kecerdasan dan bakat
khusus, (2) prestasi sejak pelaran sekolah, (3) perkembangan jasmani dan
kesehatan, (4) kecenderungan emosi dan karakternya, (5) sikap dan minat
belajar, (6) cita-cita, (7) kebiasa-an belajar dan bekerja, (8) hobi dan
penggunaan waktu senggang, (9) hubung-an sosial di sekolah dan di rumah, (10)
latar belakang keluarga, (11) lingkung-an tempat tinggal, dan (12) sifat-sifat
khusus dan kesulitan belajar anak didik. Usaha untuk memahami anak didik ini
bisa dilakukan melalui evaluasi, selain itu guru mempunyai keharusan melaporkan
perkembangan hasil belajar para siswa kepada kepala sekolah, orang tua, serta
instansi yang terkait.
F.
JENIS STRATEGI
PEMBELAJARAN
Seperti telah dikemukakan di muka,
metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam kegiatan nya-ta agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah
ditetapkan. Dengan demi-kian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran
memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi
pembelajaran sangat ter-gantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran,
karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan
melalui peng-gunaan metode pembelajaran.
Berikut ini disajikan beberapa
metode pembelajaran yang bisa diguna-kan untuk mengimpelementasikan strategi
pembelajaran.
1.
Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penuturan
bahan pelajaran secara lisan. Metode ini senantiasa bagus bila pengunaannya
betul-betul disiapkan dengan baik, di-dukung alat dan media serta memperhatikan
batas-batas kemungkinan penggu-nannya.
Metode ceramah merupakan metode
yang sampai saat ini sering digu-nakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal
ini selain disebabkan oleh bebera-pa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor
kebiasaan baik dari guru atau pun siswa. Guru biasanya belum merasa puas manakala
dalam proses penge-lolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga
dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi
pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses
bela-jar dan tidak ada guru berarti tidak ada belajar. Metode ceramah merupakan
cara yang digunakan untuk mengimplementasikan.
2.
Metode Demonstrasi
Demonstrasi
merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari
jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode
demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu,
baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi
tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses
demonstrasi peran siswa hanya seka-dar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi
dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran,
demonstrasi dapat digunakan un-tuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran
ekspositori dan inkuiri.
3.
Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode
pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama
metode ini adalah untuk memecah-kan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan,
menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan
(Killen, 1998). Ka-rena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu
argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan
tertentu se-cara bersama-sama. Selama ini banyak guru yang merasa keberatan
untuk menggunakan metode diskusi dalam proses pembelajaran. Keberatan itu
bia-sanya timbul dari asumsi: (1) diskusi merupakan metode yang sulit
diprediksi hasilnya oleh karena interaksi antar siswa muncul secara spontan,
sehingga hasil dan arah diskusi sulit ditentukan; (2) diskusi biasanya
memerlukan wak-tu yang cukup panjang, padahal waktu pembelajaran di dalam kelas
sangat terbatas, sehingga keterbatasan itu tidak mungkin dapat menghasilkan
sesua-tu secara tuntas. Sebenarnya hal ini tidak perlu dirisaukan oleh guru.
Sebab, dengan perencanaan dan persiapan yang matang kejadian semacam itu bisa
dihindari.
Dilihat dari pengorganisasian
materi pembelajaran, ada perbedaan yang sangat prinsip dibandingkan dengan
metode sebelumnya, yaitu ceramah dan demonstrasi. Kalau metode ceramah dan
demonstrasi materi pelajaran sudah diorganisir sedemikian rupa sehingga guru
tinggal menyampaikannya, maka pada metode ini bahan atau materi pembelajaran
tidak diorganisir sebelumnya serta tidak disajikan secara langsung kepada
siswa, matari pembelajara ditemukan dan diorganisir oleh siswa sendiri, karena
tujuan utama metode ini bukan hanya sekadar hasil belajar, tetapi yang lebih
penting adalah proses be-lajar.
Secara umum ada dua jenis diskusi
yang biasa dilakukan dalam proses pembelajaran. Pertama, diskusi kelompok.
Diskusi ini dinamakan juga disku-si kelas. Pada diskusi ini permasalahan yang
disajikan oleh guru dipecahkan oleh kelas secara keseluruhan. Pengatur jalannya
diskusi adalah guru. Kedua, diskusi kelompok kecil. Pada diskusi ini siswa
dibagi dalam beberapa kelom-pok. Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang. Proses
pelaksanaan diskusi ini dimulai dari guru menyajikan masalah dengan beberapa submasalah.
Setiap kelompok memecahkan submasalah yang disampaikan guru. Proses diskusi
diakhiri dengan laporan setiap kelompok
4.
Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate
yang artinya berpura-pura atau ber-buat seakan-akan. Sebagai metode mengajar,
simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan
situasi tiruan untuk me-mahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan
tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak
semua proses pem-belajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang
sebenarnya. Gladi resik merupakan salah satu contoh simulasi, yakni
memperagakan proses ter-jadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan untuk
upacara sebenarnya su-paya tidak gagal dalam waktunya nanti. Demikian juga
untuk mengembang-kan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa,
penggunaan simu-lasi akan sangat bermanfaat.
Metode simulasi bertujuan untuk:
(1) melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi
kehidupan sehari-hari, (2) memperoleh pe-mahaman tentang suatu konsep atau
prinsip, (3) melatih memecahkan masa-lah, (4) meningkatkan keaktifan belajar,
(5) memberikan motivasi belajar ke-pada siswa, (6) melatih siswa untuk
mengadakan kerjasama dalam situasi ke-lompok, (7) menumbuhkan daya kreatif
siswa, dan (8) melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi.
5.
Metode Tugas dan
Resitasi
Metode tugas dan resitasi tidak
sama dengan pekerjaan rumah, tetapi le-bih luas dari itu. Tugas dan resitasi
merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu atau kelompok. Tugas
dan resitasi bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan tempat
lainnya.
Jenis-jenis tugas sangat banyak
tergantung pada tujuan yang akan dica-pai, seperti tugas meneliti, menyusun
laporan, dan tugas di laboratorium.
Langkah-langkah
menggunakan metode tugas/resitasi:
6.
Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode
mengajar yang memungkinkan ter-jadinya komunikasi langsung yang bersifat two
way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.
Guru bertanya siswa menja-wab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam
komunikasi ini terlihat ada-nya hubungan timbal balik secara langsung antara
guru.
7.
Metode Kerja Kelompok
Metode
kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung pengertian bahwa
siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesa-tuan (kelompok) tersendiri
ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil (sub-sub kelompok). Kelompok bisa
dibuat berdasarkan:
1.
Perbedaan individual
dalam kemampuan belajar, terutama bila kelas itu sifatnya heterogin dalam
belajar.
2.
Perbedaan minat
belajar, dibuat kelompok yang terdiri atas siswa yang punya minat yang sama.
3.
Pengelompokan
berdasarkan jenis pekerjaan yang akan kita berikan.
4.
Pengelompokan atas
dasar wilayah tempat tinggal siswa yang tinggal da-lam satu wilayah yang
dikelompokkan dalam satu kelompokan sehingga memudahkan koordinasi kerja.
5.
Pengelompokan secara
random atau dilotre, tidak melihat faktor-faktor lain.
6.
Pengelompokan atas
dasar jenis kelamin, ada kelompok pria dan kelom-pok wanita.
Sebaiknya
kelompok menggambarkan yang heterogin, baik dari segi kemapuan belajar maupun
jenis kelamin. Hal ini dimaksudkan agar kelompok-kelompok tersebut tidak berat
sebelah (ada kelompok yang baik dan ada ke-lompok yang kurang baik) .
Kalau dilihat dari segi proses
kerjanya maka kerja kelompok ada dua macam, yaitu kelompok jangka pendek dan
kelompok jangka panjang.
a. Kelompok
jangka pendek, artinya jangka waktu untuk bekerja dalam ke-lompok tersebut
hanya pada saat itu saja, jadi sifatnya insidental.
b. Kelompok jangka
panjang, artinya proses
kerja dalam kelompok
itu bukan hanya pada saat itu
saja, mungkin berlaku untuk satu periode tertentu sesuai dengan tugas/masalah
yang akan dipecahkan.
Untuk mencapai hasil yang baik,
maka faktor yang harus diperhatikan dalam kerja kelompok adalah:
a. Perlu
adanya motif (dorongan) yang kuat untuk bekerja pada setiap ang-gota.
b. Pemecahan
masalah dapat dipandang sebagai satu unit dipecahkan bersa-ma, atau masalah
dibagi-bagi untuk dikerjakan masing-masing secara in-dividual. Hal ini
bergantung kepada kompleks tidaknya masalah yang akan dipecahkan Persaingan
yang sehat antarkelompok biasanya mendoronganak untuk be-lajar.
c. Situasi
yang menyenangkan antar anggota banyak menentukan berahsil tidaknya kerja
kelompok.
8.
Metode Problem
Solving
Metode problem solving
(metode pemecahan masalah) bukan hanya se-kedar metode mengajar tetapi juga
merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada
menarik kesimpulan.
Langkah-langkah metode problem
solving.
1. Ada
masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai
dengan taraf kemampuannya.
2. Mencari
data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.
Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain.
3. Menetapkan
jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja
didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.
4. Menguji
kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha
memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu
betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali
tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawab-an ini tentu saja diperlukan
metode-metode lainnya seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain.
5. Menarik
kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan ter-akhir tentang
jawaban dari masalah tadi.
9.
Metode Sistem Regu (Team
Teaching)
Team Teaching pada
dasarnya ialah metode mengajar dua orang guru atau lebih bekerja sama
mengajar sebuah kelompok siswa, jadi kelas dihadapi beberapa guru.
Sistem regu banyak macamnya, sebab
untuk satu regu tidak senantiasa guru secara formal saja, tetapi dapat
melibatkan orang luar yang dianggap perlu sesuai dengan keahlian yang
dibutuhkan.
Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam pelaksanaan metode Team Teaching.
1. Harus
ada program pelajaran yang disusun bersama oleh team tersebut, sehingga
betul-betul jelas dan terarah sesuai dengan tugas masing-masing dalam team
tersebut.
2. Membagi
tugas tiap topik kepada guru tersebut, sehingga masalah bim-bingan pada siswa
terarah dengan baik.
3. Harus
dicegah jangan sampai terjadi jam bebas akibat ketidak hadiran se-seorang guru
anggota ti
10.Metode
Latihan (Drill)
Metode latihan pada umumnya
digunakan untuk memeperoleh suatu ke-tangkasan atau keterampilan dari apa yang
telah dipelajari. Mengingat latihan ini kurang mengembangkan bakat/inisiatif
siswa untuk berpiki, maka hendak-nya guru/pengajar memperhatikan tingkat
kewajaran dari metode Drill.
1. Latihan,
wajar digunakan untuk hal-hal yang bersifat motorik, seperti me-nulis,
permainan, pembuatan, dan lain-lain.
2. Untuk
melatih kecakapan mental, misalnya perhitungan penggunaan ru-mus-rumus, dan
lain-lain.
3. Untuk
melatih hubungan, tanggapan, seperti penggunaan bahasa, grafik, simbul peta,
dan lain-lain.
4.
Prinsip dan petunjuk
menggunakan metode Drill.
5. Siswa
harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan tertentu.
6. Latihan
untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis, mula-mula kurang berhasil,
lalu diadakan perbaikan untuk kemudian bisa lebih sem-purna.
7. Latihan
tidak perlu lama asal sering dilaksanakan.
8. Harus
disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.
9. Proseslatihan
hendaknya mendahulukan hal-hal yang essensial dan bergu-na.
11.Metode Karyawisata (Field-Trip)
Karyawisata dalam arti metode
mengajar mempunyai arti tersendiri, berbeda dengan karyawisata dalam arti umum.
Karyawisata di sini berarti kun-jungan ke luar kelas dalam rangka belajar.
Contoh: Mengajak siswa ke gedung
pengadilan untuk mengetahui sis-tem peradilan dan proses pengadilan, selama
satu jam pelajaran. Jadi, karya-wisatadi atas tidak mengambil tempat yang jauh
dari sekolah dan tidak memer-lukan waktu yang lama. Karyawisata dalam waktu
yang lama dan tempat yang jauh disebut study tour.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ø Banyak
metode pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam menyaji-kan pelajaran kepada
siswa-siswa, seperti metode ceramah, diskusi, tanya ja-wab, demonstrasi,
penampilan, metode studi mandiri, pembelajaran terpro-gram, latihan sesama
temen, simulasi karyawisata, induksi, deduksi, simulasi, studi kasus, pemecahan
masalah, insiden, seminar, bermain peran, proyek, praktikum dan lain-lain,
masing metode ini memiliki kelebihan dan kekurang-an.
Ø Penetapan
tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru da-lam memilih metode
yang akan digunakan di dalam menyajikan materi penga-jaran. Tujuan pembelajaran
merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan
yang harus dimiliki siswa. Sasaran terse-but dapat terwujud dengan menggunakan
metode-metode pembelajaran.
Ø Kompetensi
Supervisi Akademik merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh
para pengawas satuan pendidikan. Kompetensi ini berke-naan dengan kemampuan
pengawas dalam rangka pembinaan dan pengem-bangan kemampuan guru untuk
meningkatkan mutu pembelajaran dan bim-bingan di sekolah/satuan pendidikan.
Secara spesifik pengawas satuan pendi-dikan harus memiliki kemampuan untuk
membantu guru dalam mengembang-kan strategi pembelajaran, serta dapat memilih
strategi yang tepat dalam ke-giatan pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 1990. Metode
Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito
Ibrahim R, Syaodih S Nana. 2003. Perencanaan
Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Joyce Bruce. Et al. 2000. Models
of Teaching. 6th Ed. Allyn & Bacon: London Nasution. S.
2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Menga-
jar. Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi
Pembelajaran. Jakarta: Media Prenada Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar
Siswa Aktif dalam Proses Belajar Menga-
jar. Bandung: Sinar Baru.
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Yamin, Martinis. 2006. Strategi
Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Gaung
Persada Press.