AKTUALISASI MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS MADRASAH (MPMBM) DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI MODEL KECAMATAN SUNGAI
PENUH
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Perkembangan
ilmu pengetahuan sangat ditentukan oleh perkembangan dunia pendidikan, dimana
dunia pendidikan mempunyai peran yang sangat startegis dalam menentukan arah
maju mundurnya kualitas pendidikan. Hal ini bisa di rasakan ketika sebuah
lembaga pendidikan dalam menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar bagus,
maka dapat di lihat kualitasnya. Berbeda dengan lembaga pendidikan yang
melaksankan pendidikan hanya dengan sekedarnya maka hasilnyapun biasa-biasa
saja.
Pendidikan
merupakan kunci kemajuan, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan
oleh suatu masyarakat/bangsa, maka akan diikuti dengan semakin baiknya kualitas
masyarakat/bangsa tersebut. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara[1]
Pelaksanaan
pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan setidaknya mampu mencapai makna dari
pendidikan diatas walaupun memang tidak mudah untuk mencapai semua komponen
yang tercantum dalam UU Sisdiknas tersebut, akan tetapi baik lembaga formal
maupun nonformal setidaknya bisa memberikan kontribusi untuk mewujudkan peserta
didik yang mempunyai kualitas yang di harapkan.
Edward salis
dalam bukunya Total Quality Manajemen In Education menyebutkan, kondisi
yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan dapat berasal dari berbagai macam
sumber, yaitu miskinnya perencanaan kurikulum, ketidak cocokan pengelolaan
gedung, lingkungan kerja yang kurang kondusif, ketidaksesuaian sistem dan
prosedur (manajemen) tidak cukupnya jam pelajaran, kurangnya sumber daya dan
pengembangan staff. Sedangkan syarifuddin (2002), menyebutkan mutu pendidikan
kita rendah terletak pada unsur-unsur dari sistem pendidikan kita sendiri,
yakni paling tidak pada faktor kurikulum, sumber daya ketenagaan, sarana dan
fasilitas, manajemen madrasah, pembiayaan pendidikan dan kepemimpinan merupakan
faktor yang perlu dicermati. Disamping itu, faktor eksternal berupa partisipasi
politik rendah, ekonomi tidak berpihak terhadap pendidikan, sosial budaya,
rendahnya pemanfaatan sains dan tehnologi, juga memperngaruhi mutu pendidikan[2]
Seringkali
kita menyalahkan bahwa lulusan atau output yang dihasilkan oleh lembaga
pendidikan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini, terlebih output
yang dihasilkan dari madrasah tidak siap untuk memasuki dunia kerja, hal
tersebut bukan kesalahan peserta didik atau pendidik yang mengajarkan
pengetahuan, karena mereka hanya pelaku dari program yang telah ditetapkan atasan,
walaupun sebagian dari mereka yang berhasil tetapi kebanyakan mutu pendidikan
didaerah lain jauh tertinggal dari peradaban manusia.
Dari berbagai
pengamatan dan analisis, sedikitnya ada tiga indikator yang menyebabkan mutu
pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata. Faktor pertama,
kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan education
production function atau input-output analysis yang tidak
dilaksanakan secara konsekuen. Pendekatan ini melihat bahwa lembaga pendidikan
berfungsi sebagai pusat produksi yang apabila dipenuhi semua input (masukan)
yang diperlukan dalam kegiatan produksi tersebut, maka lembaga ini akan
menghasilkan output yang dikehendaki. Pendekatan ini menganggap bahwa apabila
input pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, dan
perbaikan sarana serta prasarana pendidikan lainnya dipenuhi, maka mutu
pendidikan (output) secara otomatis akan terjadi. Dalam kenyataan, mutu
pendidikan yang diharapkan tidak terjadi. Mengapa? Karena selama ini dalam
menerapkan pendekatan education production function terlalu memusatkan
pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada proses pendidikan. Padahal,
proses pendidikan sangat menentukan output pendidikan. Faktor kedua,
penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik-sentralistik
sehingga menempatkan madrasah sebagai penyelenggara pendidikan sangat
tergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat panjang
dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi
sekolah setempat. Sekolah lebih merupakan subordinasi dari birokrasi diatasnya
sehingga mereka kehilangan kemandirian, keluwesan, motivasi, kreativitas/inisiatif
untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya termasuk peningkatan mutu
pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional. Faktor ketiga,
peran serta warga madrasah khususnya guru dan peran serta masyarakat, orangtua
siswa pada umumnya, dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim.
Partisipasi guru dalam pengambilan keputusan sering diabaikan, padahal terjadi
atau tidaknya perubahan di madrasah sangat tergantung pada guru. Dikenalkan
pembaruan apapun jika guru tidak berubah, maka tidak akan terjadi perubahan di
madrasah tersebut. Partisipasi masyarakat selama ini pada umumnya sebatas pada
dukungan dana, sedang dukungan-dukungan lain seperti pemikiran, moral, dan
barang/jasa kurang diperhatikan. Akuntabilitas madrasah terhadap masyarakat
juga lemah. Madrasah tidak mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan hasil
pelaksanaan pendidikan kepada masyarakat, khususnya orangtua siswa, sebagai
salah satu unsur utama yang berkepentingan dengan pendidikan (stakeholder).[3]
Sedangakan
menurut sallis (2003) dalam buku Manajemen teori, praktek dan riset,
menyebutkan sebagian besar rendahnya mutu disebabkan oleh buruknya Manajemen
dan kebijakan pendidikan. Warga madrasah hanyalah pelaksana belaka dari
kebijakan yang telah ditetapkan atasannya, pendapat sallis ini mendukung
pendapat Juram, salah seorang Begawan mutu dunia. Juran berpendapat bahwa
masalah mutu 85% ditentukan oleh manajemennya, sisanya oleh faktor lainnya.[4]
Peningkatan
kualitas pendidikan bukanlah tugas yang ringan, karena tidak hanya berkaitan
dengan permasalahan teknis, tetapi mencakup berbagai persoalan yang sangat
rumit dan kompleks, baik yang menyangkut perencanaan, pendanaan, maupun
efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan sistem madrasah. Peningkatan kualitas
pendidikan juga menuntut manajemen pendidikan yang lebih baik.[5]
Lemahnya manajemen pendidikan memberi dampak terhadap efisiensi internal
pendidikan dari sejumlah perserta didik yang putus sekolah atau tinggal kelas.
Pendidikan
memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa, dan
merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan kontribusi serta sarana dalam
membangun watak bangsa (nation character building). Masyarakat yang
cerdas akan memberi nuansa kehidupan yang cerdas pula, dan secara progresif
akan membentuk kemandirian.
Dewasa ini,
manajemen pendidikan di Indonesia mengenal dua mekanisme pengaturan yaitu
sistem sentralisasi dan desentralisasi, dalam sistem sistem sentralisasi segala
sesuatu yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan diatur secara ketat
oleh pemerintah pusat. Sementara desentralisasi, wewenang pengaturan tersebut
diserahkan kepada pemerintah daerah. Yang perlu ditegaskan bahwa implikasi
desentralisasi manajemen pendidikan adalah kewenangan yang lebih besar
diberikan kepada kabupaten dan kota untuk mengolah pendidikan sesuai dengan
potensi dan kebutuhan daerahnya
Manajemen
peningkatan mutu berbasis madrasah merupakan model Manajemen yang memberikan
otonomi lebih besar kepada madrasah, memberikan
fleksibilitas/keluwesan-keluwesan kepada madrasah, dan mendorong partisipasi
secara langsung warga madrasah (guru, siswa, kepala madrasah, karyawan) dan
masyarakat (orang tua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dsb.) untuk
meningkatkan mutu madrasah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta
peraturan perundang-undangan yang berlaku.[6]
Ketentuan
otonomi daerah yang dilandasi undang-undang no 22 dan 25 tahun 1999, dan
direvisi menjadi UU RI no. 32 tahun 2004 dan UU RI tahun 33 tahun 2004, telah
membawa perubahan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk penyelenggaraan
pendidikan, bila sebelumnya manajemen pendidikan merupakan wewenang pusat,
dengan berlakunya undang-undang tersebut, kewenangan tersebut dialihkan
kepemerintah kota dan kabupaten. Sehubungan dengan itu, sidi (2000) menyebutkan
dalam buku manajemen berbasis sekolah ada empat isu kebijakan penyelenggaraan
pendidikan nasional yang perlu dikonstruksi dalam rangka otonomi daerah,
berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan, efisiensi pengelolaan pendidikan,
serta relevansi pendidikan dan pemerataan pelayaan pendidikan sebagai berikut:
1.
Upaya
peningkatan mutu pendidikan dilakukan dengan menetapkan tujuan dan standart
kompetensi pendidikan, yaitu melalui consensus nasional antara pemerintah
dengan seluruh lapisan masyarakat.
2.
Peningkatan
efisiensi pengelolaan pendidikan mengarah pada penggelolaan pendidikan berbasis
madrasah dengan memberi kepercayaan yang lebih luas kepada madrasah untuk
mengoptimalkan sumber daya yang tersedia bagi tercapainya tujuan pendidikan
yang diharapkan.
3.
Peningkatan
relevansi pendidikan mengarah pada pendidikan berbasis masyarakat.
Pemberian
otonomi pendidikan yang luas pada madrasah merupakan kepedulian permerintah
terhadap gejala-gejala yang muncul dimasyarakat serta upaya peningkatan mutu
pendidikan secara umum. Pemberian otonomi ini menuntut pendekatan manajemen
yang lebih kondusif di madrasah agar dapat mengakomodasi seluruh keinginan
sekaligus memberdayakan sebagai komponen masyarakat secara efektif guna
mendukung kemajuan serta sistem yang ada dimadrasah.
Madrasah
tsanawiyaah negeri model merupakan salah satu madrasah yang menyelenggarakan
pendidikan tingkat menegah pertama yang berada dibawah naungan departeman agama kapupaten kerinci dan
merupakan salah satu bagian integral dari lembaga pndidikan nasional.
Dari urain
diatas dapat diketahui bahwa dalam Abstrak Upaya peningkatan mutu
pendidikan berbasis madrasah tidak bisa dilepaskan dari peningkatan partisipasi
masyarakat dalam konteks otonomi pendidikan dan otonomi daerah memperoleh
gambaran tentang pemahaman pihak-pihak MTsN terhadap program peningkatan mutu
pendidikan berbasis madrasah (MPMBM), menganalisis informasi tentang
strategi-strategi dasar, faktor-faktor pendukung & penghambat, dan prospektif
program program peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah (MPMBM).
Dalam aktualisasi manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah
(MPMBM) di madrasah ditemukan tiga strategi dasar untuk
pengembangan model alternatif peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah,
yaitu: peningkatan profesionalitas guru, penerapan MPMBM, dan pembenahan
sumber-sumber belajar. Kesimpulan dan implikasi penelitian ini mengindikasikan
rekomendasi penelitian sebagai berikut: perlunya peningkatan peranan dan
dukungan pihak-pihak stake holers terhadap program PMPBM melalui upaya-upaya
peningkatan mutu guru, pengembangan manajemen, dan pembenahan sumber-sumber
belajar.
Dalam kerangka
inilah manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah tampil sebagai upaya
dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui (1). Peningkatan kemandirian,
fleksibilitas, partisipasi, keterbukaan, kerjasama, akuntabilitas,
sustainabilitas, dan inisiatif madrasah dalam mengelola, memanfaatkan, dan
memberdayakan sumberdaya yang tersedia; (2). Meningkatkan kepedulian warga
madrasah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan
keputusan bersama; (3). Meningkatkan tanggungjawab sekolah kepada orangtua,
masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya; dan (4). Meningkatkan kompetisi
yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.
Maka penulis
mengangkat skripsi yang berjudul Aktualisasi Manajemen Peningkatan
Mutu Berbasis Madrasah Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Kecamatan Sungai
Penuh Kabupaten Kerinci dengan harapan mampu menjawab keterpurukan
pendidikan kita saat sekarang dan membawa pendidikan kita kelevel yang lebih
baik.
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah yang berkaitan dengan Aktualisasi Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Madrasah, karena itu berdasarkan latar belakang masalah diatas maka yang
menjadi masalah dalam penelitaian ini adalah sejauhmana aktualisasi manajemen
peningkatan mutu berbasis madrasah di Madrasah tsanawiyah Negeri Model
Kecamatan Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
Berdasarkan
uraian diatas penulis formulasikan dalam rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana Aktualisasi Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Madrasah di Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Kecamatan Sungai Penuh Kabupaten
Kerinci?
2.
Apa faktor pendukung dan penghambat dalam
mengaktualisasikan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madsarah di Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Kecamatan Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci?
3.
Bagaimanakah pelaksanaan mengaktualisasikan
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madsarah di Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Kecamatan
Sungai Penuh Kabupaten Kerinci?
4.
Apa saja kendala yang dihadapi dalam mengaktualisasikan
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madsarah di Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Kecamatan
Sungai Penuh Kabupaten Kerinci?
1.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan
pada empat permasalaan diatas maka penelitian ini bertujuan untuk:
a.
Ingin mengetahui Aktualisasikan Manajemen Peningkatan
Mutu Berbasis Madsarah di Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Kecamatan Sungai Penuh Kabupaten
Kerinci?
b.
Ingin mengetahui faktor pendukung dan penghambat
dalam mengaktualisasikan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madsarah di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Model Kecamatan Sungai Penuh Kabupaten Kerinci?
c.
Ingin mengetahui Bagaimanakah pelaksanaan Mengaktualisasikan
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madsarah di Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Kecamatan Sungai
Penuh Kabupaten Kerinci?
d.
Ingin mengetahui kendala-kendala yang dihadapi
dalam mengaktualisasikan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madsarah di
Madrasah Tsanawiyah
Negeri Model Kecamatan Sungai Penuh Kabupaten Kerinci?
2.
Kegunaan
Penelitian
a.
Sebagi usaha
dan bahan pertimbangan dalam mengaktualisasikan Manajemen Peningkatan
Mutu Berbasis Madsarah (MPMBM).
b.
Untuk menambah pengetahuan dan menambah wawasan
peneliti dalam bidang penelitian lapangan dalam mengaktualisasikan Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Madsarah
c.
Untuk meningkatkan kulitas dalam mengaktualisasikan
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madsarah (MPMBM). Di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Model Kecamatan Sungai Penuh Kabupaten Kerinci?
D.
Tinjauan
Kepustakaan
Sejauh yang penulis ketahui, setelah melakukan riset
di perpustakaan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kerinci serta memandingkannya
belum ada yang membahas tentang Aktualisasikan Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Madsarah di Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Kecamatan Sungai Penuh Kabupaten
Kerinci, oleh sebab itu penulis berpendapat bahwa aktualisasikan
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madsarah sangat perlu untuk dilaksanakan
karena sangat baik untuk diterapkan.
BAB II
KERANGKA TEORI
Dalam pembahasan skripsi ini
agar lebih terfokus pada permasalahan yang akan dibahas, sekaligus menghindari
terjadinya presepsi lain mengenai istilah-istilah yang ada, maka perlu adanya
penjelasan mengenai definisi istilah dan batasan-batasannya
Adapun definisi dan batasan
istilah yang berkaitan dengan judul dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
A.
Aktualisasi
adalah pengaktualan, perwujudan, perealisasian, pelaksanaan, penyadaran. Jadi
yang dimaksud dengan aktualisasi dalam penelitian ini bagaimana pengaktualan,
perwujudan, perealisasian, dan pelaksanaan.[8]
Manajemen penigkatan mutu berbasis madrasah di Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Kecamatan Sungai Penuh Kabupaten Kerinci?
B.
Manajemen
adalah suatu proses kerja sama yang sistematik, sitemik dan komprehensif dalam
rangka mewujudkan tujuan. Dan atau kegiatan-kegiatan untuk mencapai
sasaran-sasaran dan tujuan pokok yang telah ditentukan dengan menggunakan
orang-orang sebagai pelaksana
C.
Mutu
Pendidikan, secara umum mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari
barang atau jasa yang menunjukkan kemampuan dalam memuaskan kebutuhan yang
diharapkan, sedang dalam konteks pendidikan mutu meliputi input, proses, dan
out put pendidikan.[9]
D.
Berbasis
madrasah, suatu konsep yang menawarkan otonomi pada madrasah untuk menentukan
kebijakan madrasah dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi, dan pemerataan
pendidikan agar dapat mengakomodasi keinginanan masyarakat serta menjalin kerja
sama yang erat antara madrasah, masyarakat dan pemerintah
E.
Manajemen
penigkatan mutu berbasis madrasah, dalam konteks penelitan ini istilah
Manajemen penigkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) menjadi
Manajemen penigkatan mutu berbasis madrasah (MPMBM) karena untuk menyesuaikan
dengan obyek penelitian, yaitu lembaga pendidikan islam (madrasah)
Adapun definisi MPMBM dapat
didefinisikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar
kepada madrasah, memberikan fleksibilitas/keluwesan lebih besar kepada madrasah
untuk mengelola sumberdaya madrasah, dan mendorong madrasah meningkatkan
partisipasi warga madrasah dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mutu
madrasah atau untuk mencapai tujuan mutu madrasah dalam kerangka pendidikan
nasional. Karena itu, esensi MPMBM= otonomi madrasah + fleksibilitas +
partisipasi untuk mencapai sasaran mutu madrasah.[10]
Dari definisi di atas penulis
bermaksud meneliti bagaimana aktualisasi Manajemen peningkatan mutu berbasis
madrasah dapat meningkatkan mutu pendidikan yang berkaitan dengan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Kecamatan
Sungai Penuh Kabupaten Kerinci?, yang mana dapat dilihat dari beberapa
faktor yang menjadi pendukung dalam peningkatan mutu berbasis madrasah, karena
dengan diberlakukannya UU no 22 dan 25 tahun 1999, dan direvisi menjadi UU no
32 dan 33 tahun 2004, madrasah diberi hak otonom untuk mengelola dan mendesain
madrasahnya untuk mencapai mutu dan kualitas pendidikan yang diharapkan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Lingkunagn Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri
Model Kecamatan Sungai Penuh Kabupaten Kerinci, dengan meneliti masalah, “Mengaktualisasikan
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madsarah ”
B.
Alat
Pengumpul Data
Dalam penelitian
ini, penulis mengambil data-data yang ada dalam bentuk :
1.
Pengamatan (Obsevasi), penulis menggunakan
metode pengamatan secara langsung terhadap objek-objek yang akan diteliti,
semua hasil pengamatan dicatat dalam buku catatan untuk menghindari
informasi-informasi yang tidak benar.
2.
Wawancara, berhubungan dengan data yang
dikumpulkan menyang kut penglaman, sikap dan persepsi manusia dan untuk kembali
untuk mendapatkan data yang sesuai dan benar.
3.
Dokumentasi, penulis mengambil bahan yang ada
disekolah seperti siswa, linkungan, luas sekolah dan lain sebagainya.
4.
Telaah pustaka, kegiatan ini terutama dilakukan
untuk menyusun kerangka berfikir serta
untuk mencari konsep-konsep teori yang berkaitan dengan masalah.
C.
Jenis Dan Sunber Data
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif, data kualitatif yaitu data yang dapat diukur secara tidak
lansung.[11]
Dalam hal ini seperti informasi tentang Mengaktualisasikan Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Madsarah, data kuantitatif yaitu data yang dapat
diukur secara langsung atau dapat dihitung.[12]
Data primer ialah data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari
responden atau kenyataan yang diambil secara langsung dilapangan, adapun yang
menjadi data primer yaitu kepala madrasah dan tenaga pendidikan Madrasah Tsanawiyah Negeri
Model Kecamatan Sungai Penuh.
D.
Populasi Dan
Sample
Populasi ialah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel,
sering pula disebut universe.[13]populaasi
dalam penelitian ini adalah seluruh warga Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Kecamatan Sungai
Penuh.
Sampel
ialah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti .[14]dalam pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan teknis bola salju (snowball) artinya jumlah
anggota sampel tidak ditentukan atau dibatasi pada besaran tertentu tetapi
berkembang sesuai alur data.
Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan jauh sebelum dan dilaporkan
orang lain diluar penelitian sendiri, walaupun data yang dikumpulkan data asli,
dalam hal ini sejarah Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Kecamatan Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci, struktru organissasi dan tata laksana dan dokumentasi yang
ada relevansi dengan penelitian ini.
Sunber
data dalam penelitian ini terdiri dari orang dan materi, orang yang dijadikan
sumber data meliputi : kepala madrasah, guru, tata usaha, peserta didik Madrasah Tsanawiyah Negeri
Model Kecamatan Sungai Penuh. Disamping itu literatu jug adiperlukan terutama
dalam penyusunan kerangka teori dan teknik analisis data yang sesuai dengan
data yang diperoleh.
E.
Teknik
Pngumpulan Data
Untuk
memperoleh data dan keterangan yang dibutuhkan, maka digunakan metode sebagai
berikut :
1.
Metode Angket
Angket atau kuesioner adalah suatu
penyelidikan mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan
umum (orang banyak) dilakukan dengan jalan : mendengarkan suatu daftar
pertanyaan berupa formulir-formulir, yang diajukan secara tertulis kepada
subjek untuk mendapatkan jawaban.
Dalam angket penulis memaparkansejumlah pertanyaan yang diiring sejumlah
jawaban untuk memperoleh informasi dari responden baik sebagi laporan dan
informasi lainnya.
2.
Metode Wawancara
Wawancara adalah “suatu proses tanya jawab lisan yang
mana dua orang atu lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat
muka yang lain dan dapat mendengarkan sendiri suaranya.[15]
Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data dari
informan dan responden tentang Mengaktualisasikan Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Madsarah, dimulai dari perencanaan program atau membuat perangkat
mengaja,proses belajar mengajar beserta hambatan serta upaya yang dilakuakan
untuk Mengaktualisasikan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madsarah.
3.
Metode Observasi
Observasi ialah “ pengaamatan atau prncatatan secara
sistematik terhadap fenomena yang diselidiki”.[16]
Dalam hal ini penulis menggunakan teknik observasi
langsung dengan terjun secara langsung mengamati objek yang diteliti.
4.
Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi ialah suatu metode pengumpulan data
dimana data diperoleh dengan menggunakan dokumen yang sudah ada baik berupa
buku-buku atau surat-suratyang berguna untuk melengkapi data yang diperoleh
untuk penelitian ini.
F.
Teknik
Analisa Data
Setelah data terkumpul maka data tersebut dianalisis sesuai dengan
jenisnya yaitu :
1.
Data Kualitatif
a.
Analisis domain, analisis ini digunakan untuk
memperoleh gambaran atau pengertian yang bersifat umum dan relative menyeluruh
tentang apa yang tercakup didalam suatu focus atau pokok pemarsalahan yang
sedang diteliti.[17]
b.
Analisa taksonomis, analisa ini merupakan asil analisi
domain tersebut, dapat dijadikan sandaran bertolak untuk menelaah yang lebih
rinci dan mendalam, yang perlu difokuskan kepada masalah-masalah atau domain
tertentu.[18]
2.
Data Kuantitatif
Untuk data yang bersifat kuantitatif (angka)
dianalisis dengan analisis statistic, yaitu melalui tabulasi dan persentase,
kemudian jumlah persentase tersebut diinterpretasikan menurut pedoman yang
digunakan
[1] Undang-Undang RI No.
20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Penerbit Citra
Umbara, Bandung ,
2003, Hal 3
[2] Syarifuddin, Manajemen Mutu Terpadu Dalam
Pendidikan, Konsep, Strategi, Dan Aplikasi, (Jakarta : Grasindo), 2002
[4] Husaini Usmsn, M.Pd., M.T, Manajemen
Teori, Praktik Dan Riset Pendidikan, (Jakarta
Bumi Aksara, 2006), Hal: 496
[8] Kamisa, Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia ,
(Surabaya : Penerbit Kartika 1997), Hal
23
[11]
Sutrisno Hadi, Methodhologi Research,
(Bandung : PT Alumni, 1986), h. 66
[12] Ibid, h. 66
[13]
Kamaruddin, Kamus Research, (Bandung
: Angkasa Raya , 1983),h. 203
[14]
Suharsimi arikanto, Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek , (Yogyakarta : Renike Cipta, 1990), h. 104
[15]
Sutrisno Hadi, Metodologi Research,
h. 192
[16] Ibid, h. 136
[17]
Sanafiyah Faisal, Penelitian Kualitatif,
(Malang : Yayasan Asah Asih Asuh , 1990), h. 97
[18] Ibid ., h. 98